Tidak banyak yang tahu sepak terjangnya. Namanya pun jarang muncul di berbagai media baik lokal maupun nasional.
Jangankan muncul di panggung nasional, untuk sekadar nongol di forum-forum diskusi publik yang diselenggarakan di ruang kampus atau mimbar akademik terbuka saja nyaris tidak pernah terdengar.
Namanya bahkan kalah jauh jika dibandingkan beberapa figur akademisi yang berkecimpung di bidang yang sama, yakni ekonomi, bisnis, dan atau keuangan.
Bukan karena kurang hebat, tapi karena tipikal orangnya yang tidak ingin tampil di hadapan publik secara terang-terangan.
Namun, semua berubah ketika keputusan penting itu diambil Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto yang mulai menggantikan satu per satu pembantunya di Kabinet Merah Putih yang dinilai sudah kurang sejalan dengan visi dan kebijakannya.
Alhasil, di antara sejumlah nama yang menghiasi bursa pergantian para Menteri yang di-reshuffle, muncul sosok baru yang awalnya mengundang banyak keraguan publik.
Terlebih, ketika yang digantikan adalah seorang Menteri perempuan yang terkenal dengan sederet prestasi yang ditorehkan tidak hanya di dalam negeri, tapi juga di luar negeri.
Orang tersebut tak lain Purbaya Yudhi Sadewa, sosok yang namanya belakangan ini melambung tinggi lantaran gayanya yang “nyentrik” dan keberaniannya menghadapi siapapun yang dinggap menghalangi jalannya.
Awal Keraguan
Titik awal keraguan masyarakat itu berawal ketika Prabowo Subianto mengumumkan nama Purbaya Yudhi Sadewa menggantikan Sri Mulyani Indrawati sebagai Menteri Keuangan RI dalam reshuffle kabinet pada 8 September 2025.
Saat itu, publik langsung bereaksi dengan campuran harap‐cemas. Reaksi publik ini sangat wajar mengingat Purbaya bukanlah figur yang familiar di mata masyarakat.
Namun, jangan salah, ternyata yang Purbaya adalah sosok dengan latar belakang kuat di bidang akademik dan pengalaman di sektor ekonomi dan pemerintahan.
Beliau pernah, sebagai Ketua Dewan Komisioner LPS sejak 2020-2025, peneliti bidang ekonomi, dan senior di Danareksa.
Walaupun dari segi latar belakang begitu moncer, gaya Sri Mulyani yang sudah lama dikenal luas masyarakat sebagai Menkeu yang akomodatif, berhati-hati dan sistematis membuat standar publik begitu tinggi terhadapnya, ketimbang kepada sosok Purbaya yang belum begitu dikenal.
Banyak yang memanggap perubahan mendadak ini seperti membawa risiko besar dengan sederet pertanyaan: akankah kebijakan-kebijakan baru berjalan stabil? Bagaimana dengan lonjakan ketidakpastian di pasar keuangan atau dampak negatif terhadap inflasi dan utang publik?
Sederet pertanyaan dengan nada gelisah itu memenuhi berbagai ruang dan dinamika di tanah air.
Keraguan itu turut diperparah oleh situasi perekonomian dalam negeri yang sempat bereaksi negatif ketika Sri Mulyani diberhentikan dan digantikan oleh Purbaya.
Beberapa spekulasi liar bahkan menyebut kondisi ketidakpastian ekonomi dalam negeri akan berlangsung lama dan jika gagal diatasi akan berujung pada kerapuhan stabilitas nasional.
Namun, semuanya tidak seperti yang dikhawatirkan banyak pihak. Rupanya Purbaya menjawab keraguan publik itu dengan sederet langkah kebijakannya yang membuat decak kagum.
Reaksi Pujian
Tidak berselang lama, bahkan belum sampai triwulan masa menjabat. Keraguan yang tadinya menyelimuti negeri, tiba-tiba berubah menjadi pujian setinggi langit.
Purbaya yang tadinya diragukan kemampuannya men-drive situasi perekonomian dalam negeri pelan-pelan mulai mendapatkan apresiasi dan dukungan dari berbagai pihak.
Banjir pujian itu terus mengalir dari satu pintu ke pintu lain, dari satu platfom media ke platform media lainnya.
Di media nasional, wajah Purbaya bahkan tidak pernah alpa dalam menghiasi berbagai ragam pemberitaan yang terbit setiap saat. Seakan sudah disiapkan rubrik khusus untuk memuat perkembangan kinerjanya setiap hari.
Entah ini semua memang di-setting demikian, atau karena memang Purbaya ini adalah kartu truf Prabowo yang sengaja disimpan sambil menunggu momen tepat untuk dikeluarkan, atau seperti apa masih menjadi tanda tanya.
Namun, satu hal pasti, kiprah Menkeu Purbaya di lembaga Kementerian Keuangan akhir-akhir ini menunjukkan citra positif di masyarakat dan perlahan mendapat apresiasi publik.
Beberapa gebrakan Purbaya yang membuat namanya terangkat adalah ketika dirinya mengambil kebijakan cepat untuk meninjau ulang realisasi anggaran pemerintah daerah, bahkan memberi instruksi agar daerah dapat membenahi belanja daerah secara efektif dan optimal.
Selain itu, keputusan Purbaya untuk mengalokasikan dana besar ke Bank Himbara guna memperluas penyaluran kredit, juga sempat mengundang atensi publik.
Langkah berani ini tentu berbeda dengan pendahuluya yang lebih berhati-hati dalam menggunakan instrumen fiskal.
Belum lagi, gaya kepemimpinan Purbaya yang tegas dan agresif dalam beberapa kebijakan membuat banyak pihak mulai menyukai pendekatannya.
Keberaniannya mengambil langkah-langkah yang selama ini dianggap tabu, seperti menekan pemerintah daerah agar memperbaiki kualitas belanja, memotong pemborosan, meningkatkan efisiensi, dan mendorong peran BUMN dan institusi keuangan publik dalam mendukung pertumbuhan ekonomi adalah sebuah ikhtiar yang menunjukkan bahwa dirinya tidak mudah disetir oleh tekanan politik.
Bukti semakin nyata ketika publik mencermati bahwa kebijakan “Lapor Pak Purbaya” dibuat sebagai kanal pengaduan langsung mengenai masalah pajak dan bea cukai bagi masyarakat yang merasa diperlakukan tidak adil.
Langkah ini tentu saja menunjukkan adanya transparansi dan keinginan untuk memperbaiki pelayanan keuangan publik yang terasa jauh dari rakyat.
Namun, bagai buah simalakama, keberanian dan popularitas Purbaya adalah juga ancaman bagi pihak-pihak yang selama ini bermain aman dan nyaman.
Mereka yang terbiasa mencari keuntungan melalui cara-cara yang tidak sejalan dengan gaya kepemimpinannya, tentu dianggap sebagai ancaman bagi kepentingan jangka panjang. Di sinilah muncul dinamika baru yang menarik untuk disaksikan ke depannya di bawah kebijakan keuangan yang dinakhodai Purbaya.
Harapan Publik
Di balik pujian dan potensi ancaman, publik menaruh harapan besar pada sosok Purbaya. Masyarakat melihat bahwa Indonesia butuh sosok Menkeu yang tidak hanya menjaga keseimbangan fiskal, tetapi juga yang berani bertindak untuk memperbaiki sistem yang selama ini dianggap lambat, kompleks, atau penuh celah.
Harapan itu muncul tak lama setelah kemunculan sosok Purbaya di tubuh jajaran kementerian Kabinet Merah Putih.
Publik berharap bahwa tekanan terhadap pemborosan dan efisiensi yang kini menjadi atensi serius Purbaya dapat membuat APBN menjadi lebih sehat, dan dana publik yang diserap lebih optimal.
Ketersediaan dana untuk layanan publik seperti pendidikan, kesehatan, infrastruktur di daerah juga diharapkan teus meningkat di bawah kebijakan baru yang diteken Menkeu Purbaya.
Selain itu, yang tidak kalah penting, pelaku usaha berharap dengan gaya kepemimpinan Purbaya ini mampu menciptakan iklim investasi yang lebih stabil, pajak yang lebih adil dan tidak membebani, serta yang tidak kalah penting adalah regulasi fiskal yang lebih prediktif.
Oleh: Yakub F. Ismail
Penulis adalah Ketua Umum Ikatan Media Online (IMO) Indonesia