Transformasi Ekonomi Banten: Infrastruktur dan Industrialisasi sebagai Motor Pemerataan Wilayah

Tidak diragukan lagi, letak geografis Provinsi Banten yang srtategis menjadikan kawasan ini tidak hanya sebagai gerbang utama jalur perdagangan domestik, melainkan sebagai simpul penting perdagangan internasional.

Keistimewaan ini telah diakui banyak pihak, bahkan Banten diproyeksi bakal menjadi salah satu kawasan industri maju di Tanah Air.

Optimisme itu bukan tanpa alasan. Banten memiliki hampir seluruh prasyarat untuk tumbuh dan berkembang menjadi daerah industri maju.

Sebab, tidak hanya keunggulan posisi geografis yang dimiliki, Banten juga menyimpan segudang potensi sumber daya alam dan manusia yang siap mewujudkan mimpi tersebut.

Namun, semua itu tidak akan berjalan mulus. Banyak tantangan dan dinamika yang harus dilalui dengan gigih dan sungguh-sungguh.

Salah satu tantangan paling serius adalah pembangunan infrastruktur sebagai penyokong utama industrialiasi dan motor pemerataan pembangunan.

Banten bukan sedang dibangun, ia hanya belum merata dari segi pembangunan, salah satunya pembangunan infrastruktur.

Bukan hal rahasia, bahwa Banten sejauh ini menyimpan dua wajah pembangunan yang kontras. Di satu sisi tampil wilayah utara seperti Tangerang, Cilegon, dan Serang yang tumbuh dan berkembang pesat dengan kemajuan infrastruktur dan industrialisasinya.

Sedangkan, di sisi lain hadir wilayah selatan seperti Pandeglang dan Lebak masih jauh tertinggal dari segi pertumbuhan ekonomi, infrastruktur dan pembangunan lainnya.

Kondisi inilah yang saat ini sedang dicarikan jalan keluar oleh Gubernur Banten Andra Soni.

Adapun kunci transformasi ekonomi di Banten sangat bergantung terhadap pembangunan infrastruktur yang inklusif serta distribusi manfaat ekonomi ke seluruh wilayah.

Infrastruktur dan industrialisasi tak boleh hanya menjadi simbol kemajuan, tetapi harus menjadi motor nyata bagi pemerataan.

Pembangunan Infrastruktur yang Terintegrasi

Pertumbuhan ekonomi kawasan tidak akan terjadi jika tidak didukung oleh infrastruktur yang memadai. Keterkaitan pertumbuhan ekonomi dan infrastruktur ini sudah seperti aksioma yang tidak bisa disangkal kebenarannya.

Khusus dalam konteks Banten, peluncuran sejumlah proyek strategis nasional yang telah dan sedang digarap adalah bagian dari harapan mempercepat konektivitas antarwilayah.

Sebab konektivitas adalah kunci pertumbuhan ekonomi, dan infrastuktur adalah basis utama yang menopangnya.

Maka itu, dalam upaya menciptakan integrasi antarwilayah sebagai prasyarat mutlak pembangunan ekonomi, dibangunlah jalan Tol Serang–Panimbang (SPT) sepanjang 83,6 km, yang akan menghubungkan kawasan industri di utara dengan wilayah selatan yang sangat tertinggal.

BACA JUGA :   Maluku Utara Mencari Pemimpin

Pembangunan Tol SPT diharapkan mampu memangkas waktu tempuh dari Serang ke Tanjung Lesung (KEK Pariwisata) dari 4 jam menjadi hanya 2 jam.

Jika harapan ini terwujud maka dampaknya sangat luar biasa, tidak hanya bagi sektor pariwisata, melainkan turut membuka akses logistik bagi produk-produk perikanan, pertanian, dan UMKM dari Lebak dan Pandeglang (Selatan) ke pusat distribusi di Serang dan Tangerang (Utara).

Ini merupakan sebuah skema integrasi pembangunan yang sangat visioner untuk membawa Banten menjadi kawasan maju dan terdepan dari segi industrialisasi mapun pertumbuhan ekonomi.

Selain itu, revitalisasi Rel Kereta Api Rangkasbitung – Labuan, pembangunan Pelabuhan Internasional Bojonegara, penyediaan jaringan listrik dan air bersih ke desa-desa terpencil juga bagian penting dari langkah strategis pemprov dalam membangun fondasi ekonomi wilayah.

Seperti telah disinggung di awal bahwa sebaran pembangunan infrastruktur terintegrasi antarwilayah akan mendorong laju investasi, memperluas pasar domestik, dan menekan biaya distribusi logistik serta meningkatkan mobilitas tenaga kerja.

Sampai saat ini, sejumlah desa di Lebak dan Pandeglang memang masih terkendala akses akses infrastruktur dasar seperti listrik, jalan desa yang layak, jaringan internet dan lainnya.

Dengan demikian, akselerasi pembangunan infrastruktur di wilayah Selatan akan mendorong pemerataan sebagai prasyarat pertumbuhan ekonomi yang merata di seluruh Banten.

Industrialisasi sebagai Motor Pertumbuhan dan Pemerataan Pembangunan

Sudah cukup lama Banten dikenal luas sebagai salah satu pusat industrialisasi nasional. Beberapa daerah seperti Cilegon, Tangerang, dan Serang menjadi pusat pengembangan industri paling maju di kawasan ini.

Sejumlah pabrik raksasa berdiri di sana, sebut saja pabrik tekstil, otomotif, petrokimia, baja, makanan dan minuman hingga manufaktur elektronik.

Fakta di atas bukan sekadar isapan jempol, merujuk data tahun 2023, sektor industri pengolahan, misalnya, berhasil menyumbang lebih dari 30% terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Banten, yang mana menjadikannya kontributor utama ekonomi kawasan ini.

Sayangnya, pertumbuhan industri yang ada belum cukup mampu menghadirkan pembangunan ekonomi yang lebih merata.

BACA JUGA :   Membaca Arah Kebijakan Gubernur Banten Andra Soni

Sebagai bukti, wilayah seperti Lebak dan Pandeglang yang hingga kini masih berada dalam kesenjangan ekonomi dan pembangunan.

Merujuk data yang ada, per tahun 2024, angka kemiskinan di Pandeglang masih di angka 9,18%, jauh lebih tinggi dibanding Tangerang Selatan yang hanya 2,36%.

Dari sini sudah bisa dilihat betapa kesenjangan antara Utara dan Selatan Banten begitu menganga lebar. Kalau tidak ada pemerataan ekonomi dan pembangunan maka perkembangan wilayah akan mengalami disapritas tajam, sehingga sulit mendorong Banten maju secara holistik-integral.

Di samping itu, ketimpangan tersebut juga mencerminkan bahwa industrialisasi di Banten masih bersifat pasrial dan eksklusif di mana pembangunan kawasan industri belum menyentuh daerah selatan.

Padahal, potensi besar justru ada di wilayah Selatan, andai digarap secara optimal. Apalagi kawasan ini didukung ketersediaan tenaga kerja muda, lahan luas, serta kedekatan geografis dengan proyek strategis seperti KEK Tanjung Lesung.

Untuk itu, kunci utama ada pada pemerataan wilayah melalui pembangunan infrastruktur yang merata dan terintegrasi satu sama lain.

Saat ini, pemerintah provinsi di bawah kepemimpinan Andra Soni tengah bekerja ekstra untuk mendorong pengembangan kawasan industri baru di selatan Banten yang terintegrasi dengan potensi lokal seperti agroindustri, maritim, dan pariwisata.

Model industrialisasi ini tidak mesti harus bertumpu pada padat modal, tapi juga harus diimbangi dengan industri padat karya seperti industri UMKM, ekonomi kreatif dan industri rumahan.

Sebagai contoh pengembangan Industri Kecil dan Menengah (IKM) serta UMKM digital di sentra batik Lebak, makanan khas Pandeglang, atau kerajinan tangan lokal.

Seandainya pusat ekonomi mikro ini saling terhubung antarwilayah, maka bukan tidak mungkin akan membentuk sebuah jejaring pasar yang tertintegrasi dan menjadi pusat perputaran ekonomi kawasan yang menjanjikan.

Dan itu harus dihubungkan melalui pembangunan infrastruktur logistik yang memadai dan platform pemasaran digital yang mendukung.

Akhirnya, kolaborasi multipihak dengan melibatkan pemerintah pusat, provinsi, kabupaten/kota, dunia usaha, dan masyarakat sipil sangat diperlukan untuk mendorong akselerasi pembangunan yang ada.

Oleh: Yakub F. Ismail

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI

error: Content is protected !!