Eddy Soeparno Sambut Setahun Pemerintahan Prabowo dengan Optimisme: Komitmen Iklim Menguat, Transisi Energi Dipercepat

.com-Pemerintahan Presiden Prabowo – memasuki satu tahun pertamanya sejak dilantik 20 Oktober lalu. Wakil Ketua dari Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) menyampaikan penilaian setahun Prabowo – Gibran ini dengan satu kata, yakni optimis!

“Bagi saya, setahun pemerintahan Presiden Prabowo ini memberikan optimisme dengan berbagai kebijakan yang berpihak kepada rakyat, langsung menyentuh kebutuhan masyarakat miskin, dan yang paling penting adalah konsisten bahwa no one is left behind, tidak ada yang ditinggalkan dalam kebijakan ekonominya,” kata Eddy.

Eddy menjelaskan, komitmen no one is left behind juga diwujudkan Presiden Prabowo dalam upaya menghadapi ancaman krisis iklim dan mempercepat NZE sebelum target yang sudah ditetapkan pada tahun 2060.

“Di tengah dinamika global yang dipenuhi dengan narasi bahwa perubahan iklim adalah hoaks oleh , Presiden Prabowo tampil memberikan perspektif lain tentang dampak krisis iklim yang justru merugikan masyarakat miskin dan berdampak pada menurunnya produktivitas ekonomi.”

BACA JUGA :   Coding dan AI untuk Anak Sekolah: Membangun Pola Pikir Kritis dan Adaptif Sejak Dini

“Ini menunjukkan komitmen Presiden Prabowo bahwa bahkan dalam menghadapi ancaman krisis iklim, prioritas perlindungan seharusnya diberikan kepada yang lemah dan paling rentan terancam, yakni masyarakat miskin,” lanjutnya.

Komitmen Iklim dan Transisi Energi

Menurut Doktor Ilmu Politik UI ini, komitmen iklim Presiden Prabowo dibuktikan salah satunya dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2025–2034 yang berfokus pada pengembangan energi terbarukan.

“Di Sidang Umum PBB, Presiden Prabowo menyampaikan bahwa mulai tahun depan sebagian besar tambahan kapasitas pembangkit listrik akan berasal dari energi terbarukan. Hal ini dibuktikan dalam RUPTL dengan membangun 69,5 GW kapasitas listrik baru, di mana 76% berasal dari sumber energi baru dan terbarukan (EBET),” kata Eddy.

Eddy menggarisbawahi bahwa membangun sumber-sumber EBET sebesar 28 GW sampai tahun 2029, disusul 41,6 GW dari tahun 2030 sampai 2034, membutuhkan dukungan perencanaan, teknologi, finansial, serta koordinasi yang sinergis antar seluruh pemangku kebijakan.

BACA JUGA :   Catatan Ketua MPR RI: Bermartabat jika Menyoal Kurangnya Tenaga Pendidik

“Kami berharap komitmen Presiden Prabowo yang tegas untuk menghadapi ancaman krisis iklim dan mempercepat transisi energi diikuti dengan langkah dan kebijakan yang signifikan dari pembantu presiden di bidang yang berkaitan,” ungkapnya.

Waketum PAN ini meyakini ada beberapa keuntungan besar yang diperoleh ketika melakukan transisi energi, selain mencegah dampak buruk terhadap lingkungan, yakni mengurangi ketergantungan pada impor energi seperti LPG, bahan bakar minyak, solar, dan minyak tanah, serta penyerapan tenaga kerja yang cukup besar (green jobs).

“RUPTL ini memproyeksikan adanya 760 ribu lapangan kerja baru yang berbasis energi bersih dan terbarukan. Selain itu, dengan energi terbarukan diharapkan bisa mengurangi secara signifikan ketergantungan Indonesia terhadap impor energi.”

“Kebijakan ini sejalan dengan komitmen Presiden bahwa upaya menghadapi ancaman krisis iklim dan mempercepat transisi energi bertujuan untuk mengangkat seluruh warga negara keluar dari kemiskinan serta menjadikan Indonesia pusat solusi , energi, dan air,” tutupnya.Red/HS

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI

error: Content is protected !!