Putraindonews.com-Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Dr. H. M. Hidayat Nur Wahid, M.A., menyambut baik respons gerakan perlawanan Palestina, Hamas setujui proposal Trump soal penghentian perang dan pembebasan sandera yang disampaikan Presiden Amerika Serikat Donald Trump, serta mengecam Israel yang justru terus menyerang Gaza.
“Semoga dengan respons Hamas yang positif disertai beberapa catatan krusial yang perlu dinegosiasikan, dapat segera mengakhiri perang dan genosida di Gaza, memasukkan bantuan kemanusiaan, menghadirkan perdamaian, dan menegakkan kedaulatan Palestina yang kemerdekaannya sudah diakui oleh 156 negara dari 193 negara anggota PBB,” ujarnya melalui siaran pers di Jakarta, Sabtu (4/10).
Dukungan Internasional atas Respons Hamas
HNW, sapaan akrabnya, menegaskan bahwa sikap Hamas untuk merespons positif dan siap menegosiasikan proposal tersebut juga telah didukung oleh dua mediator perdamaian, yakni Mesir dan Qatar. Selain itu, respons positif juga datang dari Sekjen PBB, Eropa, Turki, serta komunitas internasional lainnya.
Bahkan Presiden AS Donald Trump bukan hanya menyambut positif dukungan Hamas terhadap proposal untuk melepaskan semua tawanan dan menghadirkan perdamaian itu, tetapi juga menginstruksikan kepada Israel untuk menghentikan serangan atas Gaza.
Namun sayangnya, Israel justru kembali berulah dengan tidak mematuhi solusi perdamaian sebagaimana diajukan dalam proposal Trump.
“Bukan hanya membombardir Gaza, Netanyahu dan tentaranya makin membuka kejahatan perangnya dengan menangkapi ratusan aktivis kemanusiaan dari 40 negara yang tergabung dalam Global Shumud Flotilla, padahal mereka hanya membawa misi kemanusiaan dan berada di perairan internasional.
Sikap Israel yang mengintervensi dan mengubah kesepakatan Trump dengan beberapa negara Arab dan Islam terkait penghentian perang di Gaza juga ditolak keras oleh Mesir, Qatar, Saudi, Turki, dan Pakistan,” imbuhnya.
Fokus Proposal pada Pembebasan Tawanan Perang
Lebih lanjut, HNW mengatakan respons Hamas seperti ini sudah bisa diprediksi sejak awal, terutama terkait dengan salah satu fokus proposal Trump, yaitu pembebasan tawanan perang.
Karena selama ini selalu terbukti pihak Hamas-lah yang melaksanakan kesepakatan-kesepakatan terkait pembebasan tawanan, termasuk tawanan seorang tentara Israel yang juga warga negara AS yaitu Edan Aleksander. Namun, selalu saja Israel dan pihak pendukungnyalah yang tidak menepati janji terkait pelepasan tawanan itu.
“Sejak awal kelompok perlawanan itu sudah sepakat dan selalu menepati komitmen untuk melepaskan tawanan perang, termasuk tahanan warga Israel yang ada di tangannya, dan ditukar dengan warga Palestina yang ditahan, diperlakukan tidak manusiawi, dan disiksa di penjara-penjara Israel.
Ini sejalan dengan proposal Trump tersebut, tetapi sikap Israel yang tidak mematuhi seruan Trump itu juga harus diatasi oleh Trump agar proposalnya untuk menghentikan perang dan membebaskan semua tawanan dapat terlaksana dengan baik dan benar,” ujarnya.
Hamas Tolak Campur Tangan Asing di Gaza
Sedangkan terkait dengan sikap Hamas yang menolak agar Gaza diperintah oleh orang-orang luar Palestina yang dianggap tidak kredibel, seperti mantan Perdana Menteri Inggris Tony Blair sebagaimana diajukan dalam proposal tersebut, HNW menilai hal itu sangat wajar.
Selain bertentangan dengan kesepakatan nasional Palestina, juga ada rekam jejak buruk Tony Blair dalam keputusan menginvasi Irak saat menjadi Perdana Menteri Inggris.
“Namun yang pasti, sikap Hamas yang menyetujui poin pengelolaan Jalur Gaza sebelum pemilu demokratis nantinya, dipimpin bukan oleh badan asing, melainkan oleh sebuah badan Palestina independen yang diisi oleh para teknokrat yang dibentuk berdasarkan kesepakatan nasional Palestina serta didukung oleh negara-negara Arab dan Islam, adalah keputusan bijak yang mempertahankan kedaulatan Palestina.
Kemerdekaan Palestina sudah diakui oleh mayoritas mutlak negara anggota PBB dan oleh warga di berbagai belahan dunia. Ini menunjukkan sikap Hamas yang legowo, tidak ambisius maupun egois, dan tidak mau menang sendiri, walaupun mereka dipilih oleh rakyat Palestina pada pemilu terakhir yang demokratis dan dimenangkan warga Palestina dalam berbagai survei terakhir,” jelasnya.
Oleh karena itu, HNW berharap agar Pemerintah Indonesia juga segera merespons dan mendukung perkembangan terakhir dengan sudah dikeluarkannya sikap resmi Hamas.
“Apalagi Menlu Sugiono pernah dengan lugas menyampaikan di New York bahwa Gaza milik bangsa Palestina, dan masa depan Palestina ditentukan oleh warga Palestina sendiri, bukan oleh orang lain. Agar Palestina bisa benar-benar merdeka dan independen, bukan berpindah dari penjajahan Israel ke ‘penjajahan’ pihak lain. Agar lunaslah hutang Indonesia kepada Palestina,” pungkasnya.Red/HS