World Peace Forum ke-9, Ibas Serukan Penguatan Nilai Kemanusiaan dan Moderasi Global

.com-Wakil Ketua (Ibas) menekankan peran strategis sebagai jembatan peradaban dunia melalui kolaborasi global, penguatan nilai-nilai kemanusiaan, dan pembangunan ekonomi inklusif.

Hal itu ia sampaikan dalam acara pembukaan World Peace Forum 2025 yang bertema “Considering Wasatiyyat and Tionghoa for Global Collaboration” di Gedung Nusantara V, Kompleks Parlemen Senayan, , Senin (10/11/2025).

Hadir dalam acara tersebut antara lain Wakil Presiden Republik Indonesia ke-10 dan ke-12 Jusuf Kalla, Presiden Timor Leste José Ramos-Horta, Wakil Ketua MPR RI Dr. H. M. Hidayat Nur Wahid, M.A., Wakil RI Adies Kadir, Wakil Ketua DPD RI Tamsil Linrung, Chairman Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC) Prof. Dr. M. Din Syamsuddin, Pendiri Cheng Ho Multi Education Trust Tan Sri Lee Kim Yew, Sekretaris Jenderal MPR RI Siti Fauziah, S.E., M.M., serta Deputi Bidang Pengkajian dan Pemasyarakatan Konstitusi Hentoro Cahyono, S.H., M.H.

Indonesia Adalah Rumah Bagi Perdamaian Dunia

Dalam sambutannya, Ibas, sapaan akrab Edhie Baskoro Yudhoyono, menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya forum internasional World Peace Forum 2025 yang telah menjadi wadah penting bagi para pemimpin, cendekiawan, dan aktivis perdamaian sejak pertama kali digelar pada 2006.

“Indonesia adalah rumah bagi lebih dari 1.300 kelompok etnis dan ratusan bahasa, namun kami berdiri sebagai satu bangsa dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika. Kami berkomitmen menjembatani perbedaan demi perdamaian dan kemanusiaan,” ujar Ibas.

BACA JUGA :   Buka Workshop KSPI, Gubernur Banten Andra Soni Paparkan Program Pembangunan Unggulan

Ketua Fraksi Partai Demokrat ini menyoroti pentingnya menjadikan dialog antarbangsa tidak hanya sebagai ajang pertukaran ide, tetapi juga sebagai dasar aksi nyata untuk mengatasi tantangan global seperti disinformasi, krisis kemanusiaan, perubahan iklim, dan ketidakadilan sosial.

Lebih lanjut, Ibas menegaskan bahwa Indonesia terus mengedepankan luar negeri “seribu teman, nol musuh” sebagai bentuk diplomasi aktif dan terbuka terhadap semua pihak.

Dalam kesempatan tersebut, Ibas juga menyinggung pertemuan Indonesia dengan Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Jeddah pada Desember 2024 lalu, yang menandai komitmen Indonesia dalam memperkuat nilai-nilai moderasi Islam, keadilan, dan kerja sama global.

“Kemajuan nyata hanya dapat dicapai jika kita bekerja sama melalui pendidikan, green technology, dukungan kemanusiaan, dan pembangunan ekonomi yang inklusif,” tambahnya.

Ibas juga menegaskan pentingnya memperkuat nilai-nilai dasar yang menjadi panduan bersama, termasuk Pancasila, moderasi Islam, serta nilai-nilai Timur yang menekankan harmoni dan tanggung jawab.

World Peace Forum Jadi Momentum Penguatan Kerja Sama Antarbangsa

Selain itu, Ibas mengajak seluruh peserta untuk menjadikan World Peace Forum 2025 sebagai momentum memperkuat kerja sama antarbangsa demi mewujudkan dunia yang damai, adil, dan sejahtera.

“Mari kita bangun dunia yang berlandaskan kepercayaan, keadilan, dan harmoni. Indonesia siap menjadi jembatan peradaban dan mitra perdamaian bagi dunia,” pungkasnya.

BACA JUGA :   Wakil Ketua Komisi VIII DPR 'Mendadak Jadi Guru' SMP di Tangerang Selatan

Sementara itu, Ketua Center for Dialogue and Cooperation among Civilizations (CDCC), Prof. Dr. Din Syamsuddin, menyampaikan pentingnya konsep Wasatiyyat Islam atau Islam jalan tengah sebagai prinsip yang dapat menjadi dasar bagi perdamaian dunia.

Menurutnya, Wasatiyyat Islam bukan sekadar ajaran tentang moderasi, melainkan juga mencakup nilai-nilai keadilan, keseimbangan, dan toleransi.

Din Syamsuddin juga mengingatkan bahwa perdamaian sejati tidak hanya dapat dicapai melalui kesepakatan politik, tetapi harus berakar pada nilai-nilai moral dan spiritual.

Ia mengajak semua pihak untuk memperkuat kolaborasi lintas agama dan budaya guna menjawab tantangan global yang semakin kompleks.

“Kita semua memiliki tanggung jawab bersama untuk menjaga perdamaian dan keadilan. Mari jadikan forum ini sebagai langkah nyata menuju dunia yang harmonis,” ujarnya.

Pendiri Cheng Ho Multi Culture Education Trust, Tan Sri Lee Kim Yew, menegaskan bahwa perdamaian bukan sekadar cita-cita, melainkan kebutuhan mendasar bagi keberlangsungan umat manusia.

“Masalah perdamaian dunia bukan hanya penting, tetapi sangat diperlukan. Perdamaian adalah pelajaran dari belas kasih, pemahaman, dan keadilan,” ujarnya.

Tan Sri Lee Kim Yew juga menyoroti peran penting Indonesia sebagai simbol persatuan dalam keberagaman.

Menurutnya, Indonesia telah membuktikan bahwa perbedaan agama, suku, dan budaya dapat menjadi sumber kekuatan moral dalam menjaga keharmonisan dan menjadi inspirasi bagi kawasan ASEAN maupun dunia.Red/HS

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI

error: Content is protected !!