Pelaksana Pilkada Harapkan Partisipasi Media Perangi Hoaks

Putraindonews.com, Makassar – Penyelenggara Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak mengharapkan peran dan partisipasi media dalam menangkal arus informasi hoaks atau tidak benar di masa tahapan Pemilihan pada 27 November 2024.

“Tentu ini sangat penting, karena peran serta media menjadi salah satu indikator penilaian kerawanan pemilihan kita. Kemudian, bagaimana mencegah namanya berita hoaks dan ujaran kebencian,” kata anggota Bawaslu Sulsel Alamsyah di Makassar, Sulawesi Selatan, Jumat (26/7).

Mantan Ketua KPU Kabupaten Pinrang ini menjelaskan dalam Rapat Koordinasi Provinsi Sulsel dengan Stakeholder Media di Makassar, peran media dapat menjadi dinamisator pada setiap tahapan, khususnya masa kampanye calon kepala daerah.

BACA JUGA :   Cak Imin: Pansus Angket Haji 2024 DPR RI, Tak Ada Urusan dengan PKB ataupun PBNU

Alamsyah menuturkan, kegiatan tersebut bertujuan memberikan penjelasan maupun pemahaman kepada jurnalis maupun bidang kehumasan Bawaslu 24 kabupaten kota dalam hal pemberitaan serta hasil liputan yang bersifat positif saat momen Pemilihan.

Selain itu, Kepala Divisi Data dan Informasi Bawaslu Sulsel ini mengemukakan, untuk mencegah terjadinya kerawanan Pilkada, utamanya pemberitaan yang mengandung unsur hoaks.

“Kami berharap, awak media maupun staf kehumasan menjadi garda terdepan dalam mempublikasi data-data atau hasil pengawasan pada setiap tahapan pemilihan nantinya. Makanya perlu dibekali ilmu jurnalistik terkait pemberitaan bagi staf humas,” paparnya.

Sementara itu, Anggota KPU Sulsel Hasruddin Husain menyampaikan Pilkada serentak tahun ini lebih menantang, sebab waktu tahapan kampanye diberikan hanya 60 hari. Tahapan Pemilihan 2024 ini kampanye akan lebih sedikit hangat, dan Agustus sudah masuk pendaftaran.

BACA JUGA :   Ratu Wulla Dorong Masyarakat Manfaatkan Program BPJS Ketenagakerjaan

Mantan Ketua KPU Kota Parepare ini menuturkan, pada tahapan kampanye nanti peran media sangat strategis. Kendati demikian, harapannya media dapat menjadi dinamisator kampanye melalui pemberitaan secara berimbang dan tidak menciptakan informasi hoaks.

“Di tahapan kampanye nanti, bisa saja isu strategisnya adalah black campaign (kampanye hitam). Maka kandidat akan saling serang dengan memanfaatkan media. Kami sebagai penyelenggara kadang serba salah dalam hal penanganannya, karena ada keterlibatan media,” ungkap dia. Red/HS

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI

error: Content is protected !!