Podcast Story Telling, Jadi Cara Baru Promosikan Wisata Budaya

PUTRAINDONEWS.COM

JAKARTA | Teknik menceritakan kisah atau story telling melalui media podcast yang sedang tren saat ini dianggap bisa menjadi alternatif dan cara baru untuk mempromosikan objek wisata budaya dan sejarah.

Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan (Events) Kemenparekraf/Baparekraf, Rizki Handayani, Webinar Wisata Heritage bertema “Mengangkat Nilai-Nilai Produk Wisata Warisan Budaya Dunia melalui Audio storytelling (Podcast)”, Kamis, (2/6/2020), menilai metode ini bisa menjadi alternatif cara mengemas wisata budaya dan sejarah menjadi suatu hal yang lebih menarik bagi generasi milenial.

“Inilah bagaimana cara kita menggali cerita-cerita sejarah itu _will show your path_ sebenarnya. Inilah yang harus kita pikirkan bagaimana kita mencari _angle-angle_ lain untuk anak-anak muda mengenai destinasi yang akan kita kembangkan ke depan,” kata Rizki.

Hadir dalam Webinar Wisata Heritage di antaranya Kepala Seksi Pemanfaatan Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran, Iwan Setiawan Bimas yang menyampaikan materi berjudul “Jejak Sejarah Heritage Tourism dan Nilai-Nilai Produk Wisata di Situs Manusia Purba Sangiran dan sekitar’. Sementara, Astrid Savitri, seorang content writer membahas “Audio Storytelling”.

Dalam pemaparannya, Iwan Setiawan Bimas menceritakan sejarah Situs Manusia Purba Sangiran yang terdapat di Provinsi Jawa Tengah berikut cerita masyarakat yang berkembang terkait situs tersebut. Salah satunya, asal usul nama Sangiran.

BACA JUGA :   F.re.e Munich 2020 Ajang Promosi Keindahan Alam dan Budaya Indonesia Timur 

“Sangiran berasal dari kata sangir yang berarti asah. Konon pada zaman dulu di Sangiran terjadi pertempuran antara seorang ksatria bernama Raden Bandung dengan pasukan raksasa yang dipimpin Raja Raksasa Tegopati,” kata Iwan.

Dalam pertempuran itu, Raden Bandung memperoleh bisikan untuk mengasah kukunya di atas batu untuk mengalahkan Tegopati. Setelah itu, Raden Bandung pun berhasil mengalahkan Tegopati dan seluruh pasukannya.

Kini, banyak masyarakat yang mengira tulang belulang yang ditemukan di kawasan Sangiran sebagai tulang dari pasukan Tegopati. Akan tetapi, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli di situs tersebut, ternyata tulang belulang tersebut merupakan fosil manusia purba dan hewan purbakala yang pernah hidup di wilayah Sangiran.

Iwan juga menyebut Situs Sangiran merekam adanya evolusi lingkungan. “Di mana 2,4 juta tahun yang lalu Sangiran adalah lingkungan laut hingga 1,8 juta tahun lalu kemudian berubah menjadi lingkungan rawa dan pada 900 ribu tahun lalu Sangiran menjadi daratan,” jelasnya.

BACA JUGA :   Tiga Tahapan Strategis Bagi Pelaku Parekraf

Selain itu, Iwan menuturkan ada 100 individu manusia purba atau Homo Erectus yang ditemukan di Sangiran. Salah satu dari individu tersebut, yaitu Sangiran 17, diketahui merupakan temuan fosil Homo Erectus yang memiliki formasi tulang belulang lengkap.

Sementara Itu, Astrid Savitri mengatakan nilai sejarah dan kebudayaan yang ada di Situs sangiran dapat dikemas dan dipromosikan melalui audio story telling atau podcast. Apalagi, podcast yang membahas tentang produk wisata dan cerita sejarah masih tergolong jarang.

Tak hanya itu, podcast yang membahas produk wisata dan cerita sejarah juga dinilai akan semakin menarik perhatian generasi milenial. “Orang-orang lebih suka diceritakan suatu kisah dibanding diberitahu, kalau (kisah sejarah) diceritakan dan dikemas dalam bentuk podcast itu jauh lebih menarik,” ungkap Astrid.

Astrid juga menyarankan agar podcaster mengemas cerita yang ia tuturkan dengan menyisipkan nilai empati, mengambil sudut pandang yang familiar, dan disampaikan melalui dialog dan monolog. “Keep the story short and simple dan ceritakan pengalamanmu,” kata Astrid. RED/RH

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI

error: Content is protected !!