Putraindonews.com – NTT | Bagi sebagian sebar orang, mendengar kata penjara tentu sesuatu yang sangat menyeramkan. Betapa tidak, penjara terdapat kumpulan orang-orang yang bermasalah. Akibatnya, pegawai lapas sering menerima pertanyaan bagaimana perlakuan narapidana dalam rutan.
Berdasarkan data sensus subyek politik dan kemanan yang dikeluarkan oleh BPS Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) pada periode 2018-2020, Sumba Barat mendapat posisi Wilayah kedua setelah Kota Kupang dengan tindak pidana terhadap fisik manusia tertinggi. Data tersebut menambah pemahaman publik bahwa Lapas Waikabubak di Nusa Tenggara Timur (NTT) menjadi salah satu penjara yang paling mengerikan.
Ditemui Putraindonews di Lahan pengembangan agrowisata, Kepala Lapas Kelas IIB Waikabubak Yohanis Varianto, menanggapi hal tersebut sebagai tantangan bagi karirnya. Merubah sistem penjara menjadi sistem pemasyarakatan yang belum dipahami oleh masyarakat saat ini membuatnya tenang menghadapi stigma negatif.
“Melalui sub seksi kegiatan kerja terus dilakukan pembenahan dalam mendukung terwujudnya tujuan sistem pemasyarakatan. Hal demikian tidak terlepas upaya peningkatan keterampilan narapidana. Selanjutnya menjalin kerjasama dengan pihak ketiga untuk memberikan pendidikan keterampilan. Selanjutnya upaya lain yang dilakukan lapas waikabubak adalah mengoptimalkan sarana dan prasarana yang ada di lapas untuk menunjang peningkatan keterampilan narapidana,” kata Kalapas, Minggu (28/5).
Berbekal tayangan di youtube, ide untuk menghasilkan keterampilan dengan pemanfaatan bambu sebagai bahan utama. Ditunjang dengan ketersediaan lahan kosong kurang lebih 4 (empat) hektar di sekitar kantor, lahan ini kemudian dimanfaatkan oleh Yohanis Varianto dalam pembangunan Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) bagi narapidana.
Sebagai langkah awal dalam pembangunan area agrowisata, khalayak dibuat tergakum atas terbentuknya cafe kapal janji bui, melewati pengerjaan hampir 1 (satu) tahun lebih, cafe kapal tersebut kini menjadi salah satu destinasi wisata baru yang unik di wilayah sumba.
Pasca terbentuknya Cafe Kapal Janji Bui, kini Kalapas melibatkan narapidana yang telah memenuhi syarat asimasilasi untuk terus mengembangkan keterampilan yang dimiliki.
“Setelah cafe kapal ini sudah jadi, sekarang kami lagi kerjakan dua model bangunan, yaitu spot mancing sama area outdoor untuk lokasi pernikahan,” tandas kalapas kepada Putraindonews, Minggu (28/5).
Ia berharap agar tempat tersebut menjadi destinasi agrowisata terbaik di Sumba, khususnya di Sumba Barat.
“Saya ingin jadikan lahan ini sebagai salah satu destinasi agrowisata, karena disini ada sayur-sayuran juga yang ditanam, sekaligus membuka wawasan publik bahwa para narapidana sebenarnya memiliki keterampilan, setidaknya ketika mereka pulang ke keluarga, mereka punya modal keterampilan dalam menjalankan usaha ekonomi keluarga,” pungkasnya. Red/Nov