Putraindonews.com, Badung – Staf Ahli Ideologi dan Konstitusi Kemenko Polhukam Andry Wibowo meminta masyarakat Bali waspada terhadap penyakit kriminal yang dibawa warga negara asing (WNA) ke daerah tersebut.
“Patologi itu harus jadi perhatian terutama bagi pemerintah daerah agar melakukan upaya monitoring, identifikasi, dan penegakan hukum manakala ada yang melakukan pelanggaran hukum,” kata dia saat Rembug Gerakan Indonesia Tertib (GIT) di Kabupaten Badung, Rabu (3/7).
Andry mengatakan, Kemenko Polhukam sudah mengumpulkan informasi banyaknya WNA berkoloni di Bali, dimana menurutnya boleh saja namun mereka wajib mengikuti peraturan adat dan hukum.
Sebab, menurut dia jika dibiarkan semena-mena tanpa diawasi, ini yang kemudian hari menjadi patologi dengan lahirnya kelompok-kelompok kriminal yang mengganggu keamanan masyarakat lokal dan wisatawan lain.
“Khususnya Warga Negara Rusia, kemarin kami sudah berdialek bahkan mereka sudah bermukim juga berbisnis di sini, ada penyewaan mobil, motor, dari sisi perbankan mereka bisa menabung disini, dengan berbagai resiko,” ujarnya.
Kemenko Polhukam mengaku tidak anti dengan kehadiran WNA atau wisatawan mancanegara, karena mereka juga memberi andil terhadap pendapatan, namun jika permasalahan oleh warga asing terus berlanjut maka yang ditakuti adalah hilangnya kekhasan Bali dan Indonesia.
“Ini agar tidak menjadi patologi di kemudian hari yang mempersulit kita sendiri dalam menertibkan situasi yang tumbuh dan berkembang dari geng-geng kriminal asing,” kata dia.
“Kemarin juga ada pabrik narkoba di Canggu yang digrebek Bareskrim Polri, ini juga menjadi peringatan harus waspadai patologi yang dibawa oleh geng-geng kriminal yang datang ke Bali ini,” sambungnya menegaskan.
Untuk itu, Andry meminta kerja keras dan inovasi ekstra dari seluruh pihak terutama dalam hal membangun karakter manusia, sebab menurut dia ini yang menjadi landasan dalam membangun negara.
Ia mencontohkan China dan Vietnam yang semakin maju, bukan karena penduduknya banyak atau semata-mata kekayaan alamnya, namun karena pemerintah fokus kepada pembangunan karakter manusianya.
Sementara itu di Indonesia menurutnya kesadaran masyarakat masih kurang, dan ini yang menjadi contoh bagi orang luar ketika mereka datang ke Indonesia.
“Yang mengherankan kalau kita berada di negara tetangga seperti Singapura kita menjadi tertib, mau antri, berkendara sesuai aturan padahal tidak ada petugas yang mengawasi, jadi rasa tertib merupakan kombinasi dari berbagai sistem dan ekosistem ketertiban serta pola pikir yang terbangun dari karakter seseorang,” katanya. Red/Nov