Atasi Isu Kelautan, AIS Forum Jalin Kolaborasi dengan Ilmuwan

Putraindonews.com – Nusa Dua | Forum Negara Pulau dan Kepulauan (AIS Forum) menjalin kolaborasi dengan para ilmuwan untuk mencari inovasi dalam menangani isu kelautan.

“Konferensi ini penting karena menjadi tempat pembelajaran, pertukaran ide, dan berbagi inovasi terkait masalah krusial yang dihadapi oleh laut dan masa depan sebuah negara kepulauan,” kata Kepala Sekretariat AIS Forum Riny Modaso di sela KTT AIS Forum 2023 di BNDCC Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Rabu (11/10/23).

Ada sebanyak 22 peneliti dari negara-negara AIS Forum menampilkan penelitian dan pengembangan terkait isu-isu strategis termasuk inovasi bioteknologi kelautan, perikanan berkelanjutan dan akuakultur, laut dan teknologi, serta ekonomi biru.

BACA JUGA :   AS Keluarkan Veto kepada Dewan Keamanan PBB Perihal Gencatan Senjata di Gaza

“Ini menjadi wadah untuk menunjukkan cara ilmu pengetahuan berkontribusi terhadap perlindungan dan pelestarian ekosistem laut di masa depan,” imbuhnya.

Di bawah AIS Forum, lahir sejumlah inovasi pemberdayaan dengan memanfaatkan aplikasi digital untuk pemantauan kesehatan mangrove (MonMang), konversi karbon padang lamun (SCC) dan juga pengembangan alat pemantauan kondisi kesehatan lautan, yakni Advanced Drifter GPS Oceanography (ARHEA).

Sebagai bagian kebersamaan, penemuan inovasi itu pun tak hanya dinikmati sendiri tapi dikenalkan kepada otoritas pesisir negara lain, misalnya aplikasi MonMang di Suva, Fiji untuk diujicobakan memantau lahan mangrove.

BACA JUGA :   Akibat Badai Otis, Korban di Meksiko Terus Bertambah

Selain di Fiji, inovasi MonMang itu juga digunakan di Jerman, Jepang, Uni Emirat Arab dan sejumlah negara lainnya.

Di sisi lain, akademisi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) dan Universitas Padjadjaran (Unpad) sudah meneken kerja sama kemitraan terkait tata kelola laut dengan Universitas Toliara, Madagaskar.

Kerja sama itu di antaranya untuk berbagi pengetahuan dan peningkatan kapasitas implementasi teknologi dan inovasi di antaranya pengembangan rumpon yang masih tergolong baru di negara itu.

Selain itu, memperkuat keterampilan masyarakat nelayan di pesisir timur benua Afrika itu terutama pengembangan ekonomi biru yang lebih berkelanjutan. Red/HS

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI

error: Content is protected !!