Daihatsu Memanipulasi Uji Keselamatan Selama 30 Tahun

Putraindonews.com – Jakarta | Anak perusahaan otomotif ternama dari Toyota, Daihatsu, secara terangan mengakui melakukan manipulasi hasil uji keselamatan mobilnya selama lebih dari 30 tahun.

Peristiwa ini telah menyebabkan perusahaan mengambil langkah drastis dengan menghentikan sementara produksi dan pengiriman mobil di Jepang, sementara keempat pabrik produksinya telah dinonaktifkan sejak pekan lalu, seperti dilaporkan oleh CNN pada Kamis (28/12).

Tindakan ini dipastikan akan berlangsung hingga akhir Januari 2024, dengan estimasi dampak yang signifikan terhadap sekitar 9.000 karyawan perusahaan.

Sebagai pelopor dalam produksi mobil berukuran kecil atau kei car, Daihatsu sebelumnya mencapai puncak kontroversi dengan skandal pengujian keselamatan yang memengaruhi 64 model sepanjang tiga puluh tahun terakhir.

BACA JUGA :   ASEAN Sepakat Gunakan Website visitseasia.travel Sebagai Satu Pintu Informasi Penanganan COVID-19

Kejadian ini, yang melibatkan manipulasi data uji tabrak, terungkap pertama kali pada bulan April tahun lalu. Pada saat itu, Daihatsu mengakui melakukan manipulasi pada empat model yang diproduksi di Thailand dan Malaysia mulai tahun 2022 hingga saat ini.

Sejak pengakuan tersebut, perusahaan telah mengakui bahwa permasalahan serupa merembet ke hampir seluruh tahapan produksinya. Melalui penyelidikan internal, diketahui bahwa data palsu sudah terjadi sejak tahun 1989 dan mengalami peningkatan signifikan pada tahun 2014.

BACA JUGA :   BMKG Nilai Gempa 7,4 M Taiwan Tidak Berdampak Tsunami di Indonesia

Atas hal itu, CEO Daihatsu, Soichiro Okudaira, mengecam tindakan tersebut dalam konferensi pers di Tokyo pekan lalu dengan mengakui pelanggaran kepercayaan pelanggan. Dia menegaskan bahwa semua kesalahan berasal dari tingkat manajemen, menciptakan sebuah tantangan besar bagi perusahaan untuk memulihkan kepercayaan dan reputasinya.

“Kami mengkhianati kepercayaan pelanggan kami,” ujar Soichiro Okudaira, selaku CEO Daihatsu pekan lalu pada konferensi pers di Tokyo.

“Semua kesalahan ada pada manajemen,” tndasnya. Red/HS

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI

error: Content is protected !!