***
Putraindonews.com – Jakarta | Mobil listrik atau membangun sistem transportasi publik massal yang dibangun sebagai solusi atasi tingginya emisi gas buang dan subsidi BBM? Tingginya polusi emisi gas buang dan subsidi BBM adalah diakibatkan oleh kemacetan dan tingginya kendaraan bermotor pribadi baik mobil maupun sepeda motor.
Sehingga untuk menyelesaikan kemacetan adalah dengan mempersulit penggunaan kendaraan pribadi. Tujuan dari pengendalian penggunaan kendaraan pribadi akhirnya dapat mengendalikan polusi emisi gas buang tingginya subsidi BBM.
“Sampai saat ini hanya Jakarta yang memiliki transportasi publik yang nyaman tapi belum akses”, ujar Pengamat Transportasi Azas Tigor Nainggolan, Selasa 20/9/22.
Lanjutnya, sementara di luar Jakarta transportasi publiknya masih sangat kurang, belum nyaman, belum aman dan bekum akses. Jika merubah kendaraan bermotor menjadi kendaraan listrik hanya seperti ganti baju saja, khususnya kendaraan pribadi maka penggunaan kendaraan pribadi akan tetap tinggi.
Kita ketahui juga bahwa produksi listrik Indonesia masih menggunakan BBM fosil juga yang disubsidi juga. Kendaraan listrik pun harganya masih sangat tinggi, 200% harga kendaraan bermotor BBM, kata Tigor.
Melihat fakta ini bahwa masalah utamanya adalah tingginya penggunaan kendaraan pribadi dan belum adanya sistem layanan transportasi umum atau publik yang aman – nyaman dan akses di Indonesia.
Mengganti kendaraan berbasis BBM dengan kendaraan listrik bukan solusi tetapi hanya merubah bukan solusi, jauh api dari panggang, ungkap Tigor yang juga sebagai Ketua FAKTA Indonesia.
Bisa jadi penggantian kendaraan bermotor ke kendaraan listrik akhirnya hanya urusan membantu pemasaran kendaraan listrik bukan memecah tingginya kemacetan atau polusi emisi gas buang dan subsidi BBM.
Jika mau memecah tingginya kemacetan, polusi emisi gas buang dan subsidi BBM maka pemerintah harus membangun sistem layanan transportasi publik yang aman, nyaman dan akses terintegrasi baik secara merata di seluruh Indonesia, pungkasnya. Red/HS
***