Putraindonews.com, Jakarta – Ketua Dewan Pertimbangan Kamar Dagang dan Industri (KADIN) Indonesia, Arsjad Rasjid, menyebut kondisi menurunya daya beli masyarakat disebabkan tidak lagi memiliki cukup uang untuk berbelanja.
“Fokus kita jangan hanya melihat pertumbuhan ekonomi yang hanya sekitar 4,7 persen. Yang lebih krusial adalah daya beli masyarakat yang terus melemah. Saat ini bisa dikatakan masyarakat tidak punya uang, karena itu daya belinya menurun,” ucap Arsjad dalam forum “Driving Inclusive Growth: Innovation, Industrialization and Energy Transition for Job Creation” di Universitas Paramadina, seperti dikutip pada Minggu (22/7).
Pihaknya menyebut, sejumlah dinamika global ikut memberi tekanan pada ekonomi Indonesia, mulai dari konflik di Timur Tengah, dampak kebijakan Donald Trump, hingga perang Rusia-Ukraina.
Bahkan perlambatan ekonomi Tiongkok yang selama ini stabil turut memperburuk situasi, kata dia.
Namun, Arsjad menilai masalah utama Indonesia justru datang dari dalam negeri. Selain melemahnya daya beli, ia menyoroti persoalan ketenagakerjaan yang masih rentan. Meski tingkat pengangguran terbuka mengalami penurunan, jumlah pengangguran secara absolut masih tinggi, yakni mencapai 7,28 juta orang.
“Yang lebih memprihatinkan lagi adalah sekitar 60 persen angkatan kerja kita masih berada di sektor informal. Ini mencerminkan lemahnya penciptaan lapangan kerja formal di Indonesia,” urainya. Red/HS