Mengenal Kampung Praijing, Situs Wisata Budaya Terbaik Sumba Barat

Putraindonews.com – NTT | Kampung Adat Praijing mampu menyita perhatian publik. Para wisatawan sadar bahwa satu-satunya kampung wisata budaya di Sumba Barat yang masih eksis hanya berada di Desa Tebara.

Kampung yang memiliki 38 rumah tradisional ini terletak di Desa Tebara, Waikabubak, Kabupaten Sumba Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Salah satu daya tarik kampung Praijing, menawarkan keindahan alami perkampungan yang sangat mempesona. Kampung ini sangat unik karena rumah adatnya tersusun dari batu-batu megalitik.

Jika ditelisik sejarah rumah adat Sumba, maka disebutnya Uma Bokulu atau Uma Mbatangu. Uma Bokulu bermakna rumah besar, sementara Uma Mbatangu berarti rumah menara. Rumah tradisional Sumba berbentuk rumah panggung dengan atap berundak menjulang bak menara.

Rumah adat di kampung Praijing terbagi menjadi tiga bagian. Pada bagian bawah disebut Lei Bangun. Bagian ini dipergunakan untuk memelihara hewan ternak. Pada bagian tengah disebut Rongu Uma sebagai tempat untuk para penghuni rumah. Dan bagian atas atau menara yang disebut Uma Daluku diperuntukkan sebagai tempat menyimpan bahan makanan dan alat pusaka.

Membahas Kampung Adat Praijing, tentu ada sosok yang luar biasa, dia adalah Marten Ragowino Bira. Sejak menjabat sebagai Kepala Desa Tebara, Marthen Ragowino beserta jajaran perangkat Desa berhasil membawa Kampung Adat Praijing menjadi desa wisata berkelas dunia. Desa Tebara juga tercatat sebagai Desa dengan Pengelolaan Keuangan dan Aset Desa Terbaik di Indonesia.

Ditemui Putraindonews, Kades Tebara Marthen R. Bira mengurai sepak terjangnya dalam gerakkan kampung Praijing, Sejak menjadi Kepala Desa Tebara, Marthen berusaha menjadikan desanya tempat orang hidup, berkarya, dan bergembira.

BACA JUGA :   Andi Amran Jamin Tetap Profesional Jalankan Jabatan Baru sebagai Mentan

Desa bukan lagi menjadi tempat berkumpulnya orang-orang lemah dan tak berdaya. Bahkan desa ini telah mendapat kucuran dana ADD yang digelontorkan Pemerintah Pusat. Tak hanya itu, Dana Desa yang dikelolanya dengan sangat baik berhasil memacu perekonomian di daerahnya.

“Begitu saya mengelola Desa Tebara, saya kelola Dana Desa dari 2016 sewaktu menjadi Kepala Desa PAW sebesar Rp 750 juta, dan pada 2018 menjadi Rp 1,2 miliar kemudian pada 2019 sebesar Rp1,3 miliar. Karena Dana Desa hadir sebagai stimulan saja agar muncul usaha-usaha produktif sehingga akan terbuka banyak peluang kerja, Memutar roda ekonomi, sekaligus menghasilkan Pendapatan Asli Desa (PADes),” ujar Marthen, Jumat (30/6).

Selanjutnya, Pria lulusan Sastra Inggris, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, ini, mulai mengembangkan 5 unit usaha. Ia menamakan Badan Usaha Desa (BUMDes)-nya yakni Iyya Tekki, yang berarti satu suara.

Unit usaha Iyya Tekki Desa Tebara yakni pengelolaan kampung wisata Prai Ijing, pengelolaan danau wisata Alami Weeboro sebagai objek wisata air, pelayanan simpan pinjam untuk usaha produktif bagi warga, pengelolaan pasar desa, dan pengelolaan lumbung desa.

“Ketika saya mulai membentuk BUMDes Iyya Tekki untuk mengelola wisata budaya Kampung Adat Praijing yang dimulai pada 2 Juli 2018 dengan penghasilan bersih selama 5 bulan di 2018 sebesar Rp170 juta dan menghasilkan PADes Rp51.308.000. Dari pengelolaan Kampung Adat Praijing sebagai tempat wisata, selain menghasilkan PADes juga membuka lapangan kerja bagi 60 warga baik pemuda pemudi sebagai tenaga kerja produktif dan warga usia lanjut dengan penghasilan sehari rata-rata Rp35.000 per orang,” ujar Marthen

BACA JUGA :   KEMBALI SALURKAN BANTUAN KE SULTENG, IMO-Indonesia Fokus Pada Makanan Bayi  dan Kebutuhan Pokok 

Dirinya tak cuma membuat BUMDes, untuk membantu meningkatkan SDM warganya, Marthen pun bekerja sama dengan sejumlah lembaga kredibel dari Jakarta.

“Kita melakukan penguatan kapasitas petugas desa wisata (guide, petugas loket, parkir, petugas kebersihan, juru masak kuliner, petugas homestay), bekerja sama dengan Prita Laura dkk dari Universitas Podomoro Jakarta, Indonesia International Work Camp (IIWC), Felencia Hutabarat dkk, co working space KEKINI, Tim Halo Sumba Universitas Airlangga Surabaya, Tim LPM Univ Sanata Dharma Yogyakarta. Semua dibiayai dari dana desa,” ujarnya.

Berkat kerja keras dan perjuangannya, Desa Tebara ditetapkan sebagai Desa Percontohan Program Prioritas Nasional Tahun 2018 dalam kategori Pengelolaan Keuangan Desa, Aset Desa, dan Inovasi Desa. Penghargaan diterima di Jakarta pada 17 Januari lalu. Penghargaan itu diberikan oleh Kementerian Keuangan RI. Desa Tebara juga masuk sebagai 10 besar DESA BRILian BRI tahun 2020.

“Saya selalu berpikir, hal penting dalam pengelolaan keuangan terutama dana desa adalah soal transparansi yang utama. Tetapi setelah kita mengelola keuangan dengan baik sekaligus transparan, kita perlu melihat sisi yang paling penting, yaitu efek manfaat atau nilai guna dari adanya dana desa itu,” imbuh Marthen. Red/Nov

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI

error: Content is protected !!