Putraindonews.com, Jakarta – Ketua Umum APINDO, Shinta W. Kamdani mengungkapkan bahwa sejak kuartal kedua 2023 Indonesia mengalami pelemahan pertumbuhan FDI & pelemahan kinerja ekspor.
Menurutnya, hal itu disebabkan oleh koreksi terhadap harga komoditas ekspor utama Indonesia (batu bara, CPO, & besi-baja) sehingga Indonesia mengalami defisit neraca berjalan (sebesar 0,5% dari PDB pada kuartal kedua 2023).
Pernyataa itu disampaikan Shintan saat menjadi panelis dalam Bisnis Indonesia Midyear Challenges 2024: Meneropong Prospek Ekonomi di Tengah Perubahan Geopolitik dan Kebijakan Pemerintah, Senin (29/7/2024) di Jakarta.
Diskusi dibuka oleh Presiden Komisaris Bisnis Indonesia Group, Haryadi B. Sukamdani dan dilanjutkan dengan sesi panel bertema Optimalisasi Potensi Investasi dan Eksekusi Strategi Hadapi Ketidakpastian Ekonomi.
“Kondisi defisit neraca berjalan ini berimbas pada pelemahan nilai tukar & inflasi barang impor, suku bunga pinjaman riil di dalam negeri tidak kompetitif dan potensi pelemahan pertumbuhan daya beli pasar domestik. Pertumbuhan produktfitias ekonomi di sisi pelaku usaha juga terkendala oleh high cost of doing business di Indonesia,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa dunia usaha juga melihat potensi investasi pada sektor-sektor dengan pertumbuhan terbesar seperti: (1) transportasi dan pergudangan, (2) akomodasi & makan minum, serta (3) jasa lainnya.
“Sektor lain yang juga diprediksi memiliki prospek yang menjanjikan pada tahun depan adalah energi terbarukan dan pariwisata. Hal ini berkaitan dengan komitmen pemerintah dalam energi terbarukan untuk terus melakukan agenda transisi,” pungkasnya. Red/HS