Putraindonews.com – NTT | Memasuki usia senja, semangat kakek Tadu Kahale masih terus membara, masih terlihat kuat untuk mengumpul batu krikil di pinggiran kali Togo Woko, Desa Welibo, Kecamatan Lamboya, Kabupaten Sumba Barat.
Untuk menghidupi keluarganya, kakek ini keluar dari rumah tepat Pukul 07.00 Wita dengan membawa bekal makanan dan minuman untuk seharian di pinggiran kali.
Sesampai dipinggir kali, Ia mulai bergegas mengumpulkan kerikil-kerikil disatu tempat. Tak sampai disitu, kakek juga memecah batu ukuran kepala anak kecil dengan menggunakan hamar lima kilo. Aktivitas ini lakoni setiap harinya selama tiga tahun terakhir.
Saat Putraindonews menemuinya di pingiran kali dibawah panasnya terik matari siang tadi lalu mengajaknya bercengkrama dipondok kecil miliknya tempat ia biasa istrahat makan siang.
Sambil mengusap keringatnya, kakek menyampaikan bahwa pekerjaan mengumpulkan baru krikil karena tuntukan ekonomi keluarga.
“Saya kumpul batu krikil sudah mau tiga tahun sudah, untuk kebutuhan makan minum keluarga mau tidak mau saya harus kerja, diumur saya yang sudah tua tidak ada pekerjaan lain selain kumpul batu krikil,” kisahnya kepada Putraindonews. Jumat (1/9).
Selanjutnya batu krikil yang sudah dikumpul dan dititi, dipindah dekat jalan menggunakan grobak anggut pasir. Harga satu ret batu krikil ini senilai RP400.000-450.000.
Untuk mencapai satu ret batu, kakek tadu kahale butuh waktu sekitar satu minggu lebih untuk bisa dijual. Tentu bukan hal mudah jika dibandingkan dengan usia sang kakek.
Tertatih-tatih dipinggiran kali demi menghidupi keluarga adalah pekerjaan mulia baginya. Memasuki hari tua tak sebahagia kakek lainya dimana haru tua adalah waktu untuk bersenang-senang dengan keluarga, bergurau dengan cucu. Tapi takdir berkata lain atas hidupnya. Red/Nov