KORNAS TRC PPA, Terkait Permasalahan Perempuan dan Anak

PUTRAINDONEWS.COM

JAKARTA | Dalam menjalankan Visi dan Misinya, Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC PPA) mengedepankan prinsif bahwa “Penanganan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Harus Komprehensif dan Terintegrasi”.

Disampaikan Jeny Claudya Lumowa atau yang akrab di sapa Bunda Naumi, Koordinator Nasional (Kornas) Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC PPA) bersama Danang Sasongko, S. P. Si calon tunggal pengganti Opung Arist Merdeka Sirait, ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) mengadakan Kajian Jangka Pendek Focus Group Discussion (FGD) dalam pembahasan terkait “Penanganan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak Berbasis Masyarakat”.

Mempertegas komitmenya, Bunda Naumi memaparkan hasil Survey dan investigasi Tim Khusus TRC PPA pada tahun 2017 – 2020 menunjukan bahwa jumlah kasus kekerasan pada anak dengan lingkup kekerasan fisik, emosi, dan seksual masih cukup tinggi. Dan tidak banyak yang proses hukumnya sampai tuntas dengan berbagai alasan terutama minimnya saksi dan alat bukti, ucap Bunda.

BACA JUGA :   Bamsoet mengagumi gaya komunikasi politik Presiden Joko Widodo 

Menurut Bunda, penyebab kekerasan terhadap perempuan dan anak dipengaruhi beberapa faktor yaitu faktor sosial, ekonomi, budaya, dan hukum. Sehingga untuk menangani kekerasan terhadap perempuan dan anak dibutuhkan juga kebijakan yang holistik dan komprehensif.

Bunda menegaskan bahwa TRC PPA dalam “Actionnya” mengutamakan pencegahan. Keluarga sebagai unit sosial terkecil memiliki peranan penting dalam membentuk karakter diri dan anak.

Namun dewasa ini keluarga justru rentan permasalahan, banyak anak dibesarkan dengan perlakuan yang kurang pas, “Anak, pengaruh terbesar pertama berada di keluarga, baru lingkungan sekitar, terangnya.

Kendala dan hambatan pertama adalah lemahnya koordinasi antar instansi baik pusat maupun daerah. Selanjutnya adalah permasalahan pembuktian yaitu korban sering diperlakukan sebagai pasien umum, bukan khusus, dan terabaikannya pendampingan psikisnya. Kendala dan hambatan terakhir adalah pengaruh geografi, demografi, dan kebudayaan setempat, tambahnya.

BACA JUGA :   STANISLAUS RIYANTA ; Kelompok Teroris OPM Lancarkan Propaganda dan Internasionalisasi Masalah Papua

Dan perlu saya tegaskan, bahwa perlindungan terhadap anak bukan hanya tugas polisi, melainkan tugas semua pihak. Hayo jangan berpura – pura tidak tau kemudian diam.

Bagian dari programnya, TRC PPA saat ini Road Show ke berbagai daerah, berkunjung ke pemangku kekuasaan di wilayah untuk “Urun Rembug” membahas :

1. Perlindungan Perempuan dan Anak harus di nomor satukan, 2. Penanganan Gizi buruk, 3. Apresiasi kepada jajaran kepolisian atas dedikasi dan kecekatan kerjanya dalam menangani permasalahan perempuan dan anak, dan 4. Memutus mata rantai kejahatan terhadap perempuan dan anak berbasis masyarakat.

Saya harapkan seluruh Tim Reaksi Cepat Perlindungan Perempuan dan Anak (TRC PPA) selalu bermitra dengan TNI – POLRI guna melaksanakan program, pungkas Bunda. Red/Ben

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI

error: Content is protected !!