Putraindonews.com – Jakarta | Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sebelumnya telah mengeluarkan peringatab perihal kemungkinan terjadinya lebih banyak kebakaran hutan dan lahan serta gagal panen akibat musim kering.
Data BMKG akhir bulan lalu menunjukkan, ada 206 kejadian kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di seluruh Indonesia, dengan Provinsi Aceh sebagai penyumbang karhutla terbanyak (53 kejadian), disusul Provinsi Kalimantan Tengah (35 kejadian).
Sedangkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), hingga awal Juli 2023, total luasan lahan yang terbakar mencapai 28 ribu hektar.
Data ini sesuai dengan prediksi BMKG yang mengindikasikan bahwa puncak musim kemarau tahun ini akan terjadi pada bulan Juli-September 2023 yang ditandai dengan kondisi cuaca buruk, dan adanya fenomena El Niño yang diperkirakan akan terjadi pada Bulan Oktober dan November.
Sejalan dengan instruksi Kementerian Dalam Negeri yang menekankan peran aktif pemerintah untuk melibatkan seluruh pemangku kepentingan, upaya-upaya pencegahan dan penanggulangan karhutla sudah diimplementasikan oleh pemerintah daerah dan dinas-dinas terkait di wilayah rawan kebakaran, bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan perkebunan swasta yang berada di wilayah tersebut, diantaranya Musim Mas, dan tentunya masyarakat setempat.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Kabupaten Pelalawan, Provinsi Riau Sannusi mengatakan, dampak karhutla ini sangat luas, mulai dari ekonomi, sosial, hingga politik.
“Karena itu, idealnya pengelolaan dan pengendalian kebakaran hutan dan lahan tidak hanya dilakukan oleh pemerintah saja, namun juga melibatkan perusahaan, TNI, Polri, masyarakat, dan pemangku kepentingan lainnya,” ujarnya.
Sebagai salah satu perusahaan minyak sawit terintegrasi terbesar di dunia, Musim Mas sangat menekankan untuk tetap waspada dan siap menghadapi potensi risiko kebakaran hutan dan lahan dalam wilayah operasionalnya, serta seluruh rantai pasokannya.
Memahami pentingnya mendukung upaya yang dilakukan oleh pemerintah, maka Program Pencegahan dan Penanggulangan Kebakaran Musim Mas yang terintegrasi, tidak saja disosialisasikan dan diimplementasikan bagi karyawan dan pekerja yang terlibat dalam operasional perusahaan, namun juga diperluas bagi para pemasok, masyarakat sekitar, hingga petani swadaya.
“Industri kelapa sawit, termasuk Musim Mas, mengambil pelajaran dari insiden kebakaran dan kabut asap besar beberapa tahun kemarin. Kejadian tersebut memotivasi kami untuk mengambil tindakan, dan meningkatkan kontribusi dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan melalui berbagai program dan kolaborasi dengan berbagai pemangku kepentingan,” jelas Teuku Kanna Rhamdan, General Manager Corporate Affairs – Musim Mas Group. Red/HS