Putraindonews.com, Tulungagung – Acara “Ngaji Bareng Gus-Gus” di Warkop Stasiun 88 Pinka, Pinggir Kali Ngrowo, Tulungagung, Jawa Timur, pada Malam Minggu, 29 Juni 2024, berlangsung “gayeng”.
Acara ini dikoordinir oleh Cak Harianto, seorang wartawan yang peduli pada sejarah dan budaya Tulungagung. Tiga tokoh Gus hadir dalam acara ini: Gus Abdilah (Gus Dillah), Gus Ali Sodik (Gus Ali), dan Gus Toha Maksum (Gus Toha). Mereka membahas Buku Gibran Next Presiden karya Penulis Ahmad Bahar, judi online serta konsep dan gagasan cerdas untuk pembangunan Tulungagung ke depan.
Pembukaan acara dilakukan oleh Ahmad Bahar, yang juga merupakan penulis buku “Gibran Next Presiden.” Dalam acara ini, Ahmad Bahar menegaskan, bukunya tidak bermuatan politik.
Ia ingin menyoroti kehidupan Gibran sebagai fenomena budaya. Judul buku dipilih untuk menarik minat pembaca, dan Ahmad Bahar menekankan bahwa ia bukan orang politik dan tidak mendukung siapa pun.
Ahmad Bahar, yang lahir di Blitar, telah menulis banyak biografi tokoh nasional. Karya-karyanya, yang membahas siapa Presiden Berikutnya,” telah memprediksi hampir lima presiden dengan akurat.
Setelah pembukaan, ada topik menarik terkait tantangan berat dalam peluncuran buku “Gibran Next Presiden.” Beberapa kendala termasuk mundurnya even organizer di Solo saat Lounching buku dan mundurnya percetakan, serta isu judi online.
Tentang kedua topik itu, Gus Ali menyampaikan, apa yang kita lakukan ini merupakan hal positif. Kearifan lokal kita pertahankan bisa jadi penetral.
” Tulungagung itu penetral, apapun yang masuk ke Tulungagung akan netral. melalui buku itu bisa menjadi pembelajaran, bahkan jangan hanya cetak tapi di pdf kan sehingga bisa diakses semua orang.
Sedangkan untuk judi online saya sepakat untuk dilegalkan. Diibaratkan minuman keras jika minuman keras tidak diatur maka semua orang akan membuatnya secara tradisional oplosan. Diatur dengan undang- undang yang ketat, sedangkan sekarang tidak, sementara saat ini banyak aplikasi jadi semua orang bisa bermain termasuk anak kecil, jadi harus diatur, seperti perda.
“Semoga melalui buku bisa jadi pembelajaran bagi masyaraka,” katanya
Sementara Gus Toha secara tegas menyampaikan, untuk penerbitan buku Gibran Next Presiden mendukung untuk lanjut.
” Saya mendukung lanjutkan, walau ada kendala seperti mundurnya penerbit. Karena keyakinan saya kedepannya akan menjadi kenyataan” kata Gus Toha yang pengasuh Thoriqoh di Pakel, Tulungagung.
Ditambahkannya, untuk judi online saya tetap menyampaikan judi itu haram. Cuma saya sepakat dengan Gus Ali dilegalkan perlu dibuatkan hukum oleh pemangku jabatan untuk pembatasan supaya dampaknya tidak semakin besar.
Senada dengan dua Gus tersebut, Gus Dillah dengan gamblang juga mendukung untuk dilanjutkan penerbitan buku yang dianggap kontroversial itu.
” Sabdo pandito ratu melalui bukuLek wani Ojo Wedi Wedi, lek Wedi Ojo macak wani, Kulo tiyange Jenengan mawon.
Tentang judi online, terpaksa harus memilih dilegalkan atau tidak saya lebih mencoba untuk berpikir apa peristiwa dhohir itu harus didasari peristiwa bathin, ketika kita menggunakan kacamata Tuhan justru siapapun harus pegang payung, karena menurut Tuhan tidak ada baik buruk semua baik.
Didunia ada hukum Islam ada hukum negara dan lain-lain, seandainya toh memang judi online dilegalkan, seperti disampaikan, sama dengan orang gelandangan perlu tidak dikasih rumah, saya memilih perlu dikasih rumah, daripada semua tempat dijadikan rumah, emperan toko dijadikan rumah, prihatin kita, dia jelek bagi yang merasa baik, tapi kembali lagi siapapun perlu tempat, tapi perlu dibatasi.
Ahmad Bahar Penulis ratusan buku ini menyampaikan, alasan penulisan buku Gibran Next Presiden, lebih dikarenakan adanya intuisinya yang kuat tentang sosok Gibran yang mempunyai karakter sebagai pemimpin masa depan.
Saat ditanya tujuan penulisan oleh Arief Gringsing peserta ngopi, mengungkapkan, ” Sosok Gibran bisa menjadi motivasi anak muda di Indonesia untuk mempunyai karakter dan keberanian mengambil langkah-langkah positif untuk kemajuan bangsanya walaupun ditengah gempuran dari berbagai penjuru,” kata Ahmad Bahar yang menuntaskan pendidikannya di Tahun 1990 dari Fakultas Sastra UGM Yogyakarta. Red/GS