PUTRAINDONEWS.COM
JAKARTA | Pemerintah bersama BNPB, TNI, Polri terus melakukan pendekatan kepada warga untuk tidak terpancing hoaks pascagempa Maluku M 6,5 yang terjadi beberapa waktu lalu (26/9). Tim gabungan masih terus mengimbau warga hingga tadi malam (1/10) untuk kembali ke rumah mereka. Demikian Rilis pers BNPB 2 Oktober 2019 No.4/RP-KADIH/BNPB/10/2019 yang diterima redaksi, rabu 02/10 siang.
Tim Reaksi Cepat BNPB (TRC) menyampaikan bahwa camat, kepala desa, babinsa dan babinkamtibmas di wilayah Kabupaten Seram Bagian Barat telah melakukan penjelasan kepada warga sejak beberapa hari lalu, selepas gempa yang terjadi pada pukul 06:46:45 WIB. Ketika hoaks yang berisi tentang adanya gempa dan tsunami dalam waktu dekat, warga memilih mengungsi secara tersebar di dataran yang lebih tinggi.
Sebagian warga masih percaya hoaks tersebut sehingga ada yang mengungsi ke bukit secara tersebar dan sulit dijangkau personel gabungan. Kondisi tersebut justru menyebabkan kualitas kesehatan warga menurun seiring turunnya hujan.
Namun demikian, dari upaya yang dilakukan setelah beredarnya isu tidak benar sejak hari kedua, sejumlah warga yang mengungsi memutuskan untuk kembali ke rumah masing-masing. Hal tersebut dilihat dari berkurangnya jumlah penyintas hingga 72.000 jiwa sejak semalam (1/10).
Mengupayakan penyadaran terhadap hoaks, Kepala Sub Direktorat Peringatan Dini BNPB Abdul Muhari, Peneliti Badan Geologi Cipta dan perwakilan BPBD Provinsi Maluku memberikan keterangan secara langsung melalui TVRI Ambon pagi ini (2/10). Muhari menyampaikan mengenai karakterter dan historis gempa di Ambon sehingga masyakarat memiliki pengetahuan dan kesiapsiagaan menghadapi potensi gempa.
Berdasarkan informasi BMKG (1/10), total gempa susulan berjumlah 782 dan gempa yang dirasakan 82 kali. Dilihat dari gempa susulan yang terjadi, frekuensi cenderung turun.
Data sementara per 1 Oktober 2019 mencatat total penyintas berjumlah 115.290 jiwa. Jumlah penyintas terbesar terdapat di Kabupaten Seram Bagian Barat dengan jumlah 36.391 jiwa, Maluku Tengah 50.250, dan Kota Ambon 28.649.
Sementara itu, total rumah rusak berjumlah 6.184 unit dengan rincian di wilayah Maluku Tengah rumah rusak berat (RB) 1.635 unit, rusak sedang (RS) 956 dan rusak ringan (RR) 2.120. Rumah rusak di wilayah Seram Bagian Barat RB 259 unit, RR 681, sedangkan di wilayah Kota Ambon RB 96, RS 145 dan RR 292.
Hingga kini, masing-masing wilayah yang terdampak gempa terus melakukan upaya penanganan darurat bencana. Masa tanggap darurat sementara ini akan berakhir pada 9 Oktober 2019 nanti. ( PMT )