PUTRAINDONEWS.COM
Makassar | 11/04/2018 Menurut peneliti Balai Litbang LHK (BP2LHK) Makassar, peningkatan objek kupu-kupu perlu dilakukan untuk meningkatkan daya tarik wisatawan Taman Nasional Bantimurung Bulusaraung (TN Babul). Ini merupakan rekomendasi hasil penelitian yang dilakukan dalam rangka mengetahui daya tarik kupu-kupu bagi wisatawan di sana.
“Pihak pengelola harus mengupayakan peningkatan kehadiran kupu-kupu di objek wisata untuk semakin memperkuat ciri sebagai kerajaan kupu-kupu dan menjadi ciri pembeda utama antara objek wisata yang ada di TN Babul dengan objek wisata yang ada di tempat lain,†kata Indra Ardi S.L.P.P, S.Si, M.Sc, peneliti BP2LHK Makassar.
Sebagaimana diketahui, menjadi habitat bagi banyak spesies kupu-kupu adalah daya tarik TN Babul. Banyaknya spesies kupu-kupu yang terdapat di sana menjadikan kupu-kupu menjadi representasi utama di TN Babul sejak awal ditunjuk menjadi taman nasional.
Menurut Indra, menjadikan kupu-kupu sebagai atraksi wisata utama merupakan salah satu tantangan bagi pengelola TN Babul. Hal ini dikarenakan kupu-kupu yang terdapat disana sudah mulai sulit dijumpai saat menjelang siang, sekitar jam 10.00, padahal wisatawan umumnya datang pada waktu tersebut.
“Kupu-kupu hanya dapat dijumpai dalam jumlah yang lumayan banyak hanya pada saat tertentu saja, misal pada waktu pagi hari, saat mayoritas wisatawan belum mendatangi objek wisata tersebut,†jelas Indra.
Dari penelitian yang dilakukan, diketahui bahwa saat matahari makin meninggi, biasanya setelah pukul 09.30, suhu udara di OWA Bantimurung mulai meningkat, maka kupu-kupu akan semakin berkurang baik jumlah individu dan jumlah spesiesnya.
Hasil wawancara dengan wisatawan, para wisatawan yang ke OWA Bantimurung maupun ke Sanctuary kupu-kupu berpendapat bahwa kupu-kupu adalah serangga yang menarik dan daya tarik utamanya terdapat pada warnanya. Meskipun demikian terlihat hanya sedikit wisatawan yang memotret kupu-kupu di dome besar yang terletak di Sanctuary kupu-kupu karena jumlah kupu-kupu sangat minim bahkan kadang tidak dijumpai di areal tersebut.
“Kondisi seperti itu harus dicermati dengan baik oleh pengelola objek wisata tersebut mengingat tujuan awal dibangunnya dome besar tersebut adalah sebagai lokasi penangkaran kupu-kupu terbesar di dunia,†kata Indra.
Penelitian ini dilakukan bersamaan dengan kegiatan pengumpulan data jumlah dan jenis kupu-kupu. Pengumpulan data jenis dan jumlah kupu-kupu dilakukan para peneliti dengan menggunakan metode pollard walk transect yaitu para pengamat berjalan bersama menelusuri jalur yang telah ditentukan dan mencatat jumlah dan jenis kupu-kupu yang dijumpai.
TN Babul yang berada di Sulawesi Selatan ini terkenal dengan julukan The Kingdom of Butterfly. Julukan tersebut diberikan oleh Alfred Russel Wallace, seorang naturalis dan ahli antropologi yang terkenal dengan teori evolusi melalui seleksi alam. Alfred Russel Wallace memberikan julukan tersebut karena saat mendatangi Bantimurung, ia menjumpai banyak jumlah dan jenis kupu-kupu di areal tersebut. Itu terbukti dari data yang sudah dirilis oleh TN Babul bahwa kupu-kupu di areal itu mencapai 200 spesies.
Kekayaan kupu-kupu yang melimpah tersebut tentunya dapat dimanfaatkan dengan baik dengan menghadirkan kembali keindahan ribuan ekor kupu-kupu tanpa memandang waktu atau musim. Dengan demikian, akan dapat meningkatkan daya tarik wisatawan dan menjadikan TN Babul sebagai satu-satunya taman nasional yang bercirikan kupu-kupu. (**)