Potensi Gempa Megathrust di Indonesia Pasca Gempa Myanmar-Thailand

Putraindonews.com, Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan bahwa potensi gempa megathrust di Indonesia bukan sesuatu yang asing.

Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami BMKG, Daryono mengungkapkan bahwa Indonesia memang merupakan wilayah yang sering mengalami aktivitas seismik.

“Gempa di Indonesia memang banyak terjadi dan tidak ada kaitannya dengan gempa megathrust yang baru mengguncang Jepang,” ujar Daryono kepada CNBC Indonesia, Sabtu (29/3).

Daftar 13 Segmen Megathrust di Indonesia

Berdasarkan Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia tahun 2017, BMKG mencatat adanya 13 segmen megathrust yang berpotensi menyebabkan gempa besar di Indonesia, yaitu:

Megathrust Mentawai-Pagai (M8,9)
Megathrust Enggano (M8,4)
Megathrust Selat Sunda (M8,7)
Megathrust Jawa Barat-Jawa Tengah (M8,7)
Megathrust Jawa Timur (M8,7)
Megathrust Sumba (M8,5)
Megathrust Aceh-Andaman (M9,2)
Megathrust Nias-Simelue (M8,7)
Megathrust Batu (M7,8)
Megathrust Mentawai-Siberut (M8,9)
Megathrust Sulawesi Utara (M8,5)
Megathrust Filipina (M8,2)
Megathrust Papua (M8,7)

BACA JUGA :   Lakukan Kunker ke Desa Maderi, Bupati: Kepala Desa Harus Menjadi Pelopor Penggerak Pertanian

Tren Peningkatan Gempa di Indonesia

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengungkapkan bahwa kejadian gempa di Indonesia mengalami tren peningkatan. Hal ini tidak hanya disebabkan oleh dinamika tektonik, tetapi juga semakin luasnya jaringan alat pemantau gempa yang telah dipasang BMKG.

Dalam webinar “Resolusi 2025: Mitigasi Bencana Geologi” yang disiarkan di kanal YouTube Teknik Geofisika ITS, Dwikorita menyoroti pentingnya mitigasi bencana geohidrometeorologi. Ia menekankan bahwa selain gempa bumi dan tsunami, bencana hidrometeorologi juga semakin meningkat akibat perubahan iklim.

Dwikorita menyebut bahwa pada saat gempa dan tsunami Aceh tahun 2004, hanya ada sekitar 20 seismograf yang beroperasi dan belum terintegrasi dalam jaringan. Namun sejak 2008, BMKG mulai membangun sistem peringatan dini gempa dan tsunami. Hingga kini, jumlah seismograf telah meningkat menjadi 550 unit.

BACA JUGA :   Antisipasi Banjir Jakarta, Sodetan Sungai Ciliwung ke KBT Dilanjutkan 

“Data aktivitas gempa yang dimonitor BMKG menunjukkan peningkatan signifikan setiap tahun. Pada periode 1990-2008, rata-rata kejadian gempa tercatat sekitar 2.254 per tahun. Namun, pada 2009-2017 meningkat menjadi 5.389 kejadian per tahun. Bahkan pada 2018-2019, jumlah gempa melonjak drastis, mencapai 12.062 kejadian di tahun 2018 dan 11.731 kejadian pada 2019,” ungkapnya.

Dengan meningkatnya aktivitas seismik di Indonesia, BMKG terus memperkuat sistem pemantauan dan mitigasi bencana guna meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat menghadapi potensi gempa bumi dan tsunami. Red/HS

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI

error: Content is protected !!