Putraindonews.com,Sulsel – “Lima tahun menjaga api literasi adalah hal yang tak pernah terpikirkan sebelumnya bakal sejauh sekarang. Pun, mengangkat simbol MAPPAKADECENG, yang berarti memperbaiki, yang akan dilakukan Rumah Buku, sebagai bagian dari gerakan literasi.”
Begitu yang disampaikan Muh Alif Dermawan, selaku Ketua Panita MAPPAKADECENG, dalam rangka memperingati 5 tahun Rumah Buku, Rabu, 26 Maret 2025.
Kegiatan nantinya digelar di Mabes Rumah Buku yang berlokasi di Desa Bontonyeleng, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba, Provinsi Sulawesi Selatan, tanggal 18 April 2025.
Kegiatan ini, katanya, sebagai sumbu untuk memperbaiki diri dan seraya menata gerakan tetap bertumbuh. Sebab melestarikan literasi serupa Suku Kajang melestarikan alam dan kebudayaan. Ada hal yang perlu dijaga untuk abadi, yaitu konsisten.
Muh Alif Dermawan membenarkan bahwa MAPPAKADECENG adalah bukti untuk kita menata diri dan apa yang diperbuat.
Seorang pemuda, katanya, harus memiliki pilihan dan menentukan pilihan itu akan bergerak ke mana.
“Selama literasi masih ada maka di situlah api-api itu dinyalakan untuk ke-abadi-an,” katanya penuh semangat.
Dilanjutkan, semoga kita tidak terjebak pada langkah yang diambil oleh kebencian. Biarkan mereka sibuk mencari apa maksud dari tema kali ini.
Semoga nalar kritis itu memunculkan tanya untuk melihat dan memaknai dengan penuh kepedulian terhadap pentingnya literasi.
Dengan nada tanya, dia mengatakan, bukankah kegiatan itu dikatakan sukses bilamana mampu mengaktifkan nalar kritis orang-orang di sekitarnya?
Begitulah kiranya artwork Setengah Abad Rumah Buku dalam menjalankan tugasnya sebagai medium alternatif dalam menjangkau segala rupa.
Musakkir Basri, koordinator kegiatan ini menjelaskan, orang desa dengan segala keramahan membuat Rumah Buku demi melangkah bersama kepercayaan. Bertumbuh di antara (pappakadeceng) agar bisa memberikan kebaikan dan kebaikan.
Hingga melancarkan gagasan untuk merayakan dan memberikan satu kode Setengah Abad Rumah Buku.
“Ya, mungkin banyak yang bertanya-tanya mengapa Setengah Abad? Bukankah Rumah Buku masih sangat belia, yaitu terhitung 5 tahun menjaga api literasi? Betul, Rumah Buku memang masih belia tetapi semangat teman-teman tidaklah belia,” papar pria yang akrab disapa Zakir itu.
Ditambahkan, Rumah Buku pun hadir sebagai saksi peraduan masa lalu yang begitu gelap. Kehadirannya tak lebih dari kesadaran yang dilucuti tanggung jawab kepedulian pemuda untuk desa.
“Sebut saja Desa Bontonyeleng adalah serangkaian cerita yang sampai hari ini terjebak pada konotasi pemaknaan desa miras (tuak). Entah sejak kapan pemaknaan dan pelabelan ini terjadi sampai menjadi konsumsi khalayak umum,” ujarnya lirih.
Tak terasa perjalanan bergerak lebih cepat dari ingatan. Peringatan setengah abad Rumah Buku adalah bukti gerakan membaca menyalakan api.
Perlu diluruskan “Setengah Abad”, kata dia, agar tidak terjebak pada ambiguitas. Jadi, kesempurnaan setengah abad adalah setengah abadi. Mengingat perjalanan dan perjuangan teman-teman Rumah Buku yang sampai hari konsisten melakukan serangkaian kegiatan literasi.
“Sengaja kami hilangkan huruf (i) pada artwork yang kami gelar, sebab huruf (i) tersebut ada pada kegiatan. Mengapa? Karena huruf (i) tersebut akan mengantarkan teman-teman pada satu kesempatan berujar; (i) jadi ji tawwa kegiatannya dih. (i) tawwa masih semangat ji mereka berkegiatan meski tak memiliki modal. Dan banyak lagi yang bakal mengantarkan teman-teman pada huruf (i),” terang Zakir.
Panitia menyampaikan, ada sejumlah rangkaian kegiatan dalam kegiatan ini. Yakni, Pameran Arsip dan Dokumentasi,
Workshop Zine dan Gelar Zine (Launching), Diskusi Zine (Duduk Demokrasi), Pasar Militan Dirgahayu, Lapak Baca Gratis, Mural Perjalanan, dan Open Mic.
“Sampai jumpa di kegiatan MAPPAKADECENG teman-teman dan jangan lupa bawah huruf (i) agar melengkapi rasa penasaran yang timbul dari artwork kami kali ini. Mari menjadi abadi bersama literasi,” ajak Zakir.
Acara ini didukung oleh Book Merch, Mubin Institute, Siring Bambu, Rumko, Aa Solutions, SSB Batugarumbing, Mammiri Silele, The Panas Dingin, The Cruzh, Rosalia Merch, Anu Gratis, Perkumpulan Penulis SATUPENA Sulsel, Studio Dua Tellue, dan Nusantara Insight. Red/RT