PUTRAINDONEWS.COM
JAWA BARAT | Kabupaten Bandung memiliki potensi besar di sektor UMKM konveksi. Namun, potensi besar ini tidak selaras dengan fasilitas pemasaran, salah satunya adanya pusat perdangan hasil produk konveksi lokal.
Hal ini menyebabkan pelaku konveksi yang ada di Kabupaten Bandung masih menjual hasil produknya ke luar daerah. Seperti di Tanah Abang dan Thamrin City, Jakarta. Sebab, dua lokasi di Jakarta tersebut masih menjadi idola para pelaku UMKM konveksi menjual hasil produknya.
Calon Bupati Bandung Nomor urut 1 Kurnia Agustina akan membangun sebuah gedung seperti hanggar untuk pusat penjualan hasil produksi pelaku konveksi di Kabupaten Bandung jika ia terpilih menjadi bupati. Terlebih, Kabupaten Bandung saat ini telah memiliki akses tol yang memudahkan calon pembeli hasil produk para pelaku konveksi.
“Akses sudah ada dan bisa digunakan untuk lebih mendekatkan konsumen. Tinggal pusat perdagangganya yang belum ada.
Makanya saya berpikiran akan membangun gedung untuk digunakan sebagai pusat perdagangannya. Apalagi Kabupaten Bandung nanti memiliki Sky Walk dan Menara Asmaul Husna yang juga bisa dijadikan daya tarik wisatawan dan mendukung geliat penjualan produk konveksi,†ujar Teh Nia sapaan akrabnya, di Jalan Ciputih, Desa Keramat Mulya, Kecamatan Soreang, Rabu 21 Oktober 2020.
Dikatakan Teh Nia, konsep pembangunan gedung seperti hanggar tersebut sudah ada di Singapura. Terkait lokasi pembangunan tersebut, ujar dia, jika jadi bupati dia akan mengkomunikasikannya dengan Disperkimtan. Sebab, Disperkimtanlah yang mengetahui tata kota.
Menurut dia, jika geliat ekonomi terutama di sektor UMKM bergairah, terlebih di masa pandemi yang belum tahu kapan berakhirnya, maka bisa memberikan suntikan Pendapatan Asli Daerah (PAD) untuk Kabupaten Bandung. Maka dari itu, ia dan Usman Sayogi berkomitmen meningkatkan ekonomi kemasyarakatan. Terutama di beberapa bidang usaha yang memang terdampak paling parah akibat pandemi COVID-19.
“Maka dari itu bisnis ini perlu dikembangkan. Teman-teman pelaku UMKM perlu didorong. Beberapa dari mereka juga meminta kebijakan seputar keringanan suku bunga pinjaman modal untu memudahkan menjalankan bisnis. Nah ini perlu didorong aspirasi mereka. Karena pada hakikatnya UMKM atau bisnis rumahan ini juga menjadi penyokong ekonomi Kabupaten Bandung,†kata dia.
Sementara itu, pelaku usaha konveksi di Soreang, Majid mengaku jika pandemi Covid-19 memberikan dampak bagi para pelaku konveksi. Ia bahkan mengaku gegera COVID-19 pendapatannya menurun hingga 90 persen.
Kata Majid, pemasaran produknya kian melemah. Sebab, buyer atau pembeli di Jakarta terutama di Tanah Abang ketakutan menerima barang. Hal itulah yang membuat pelaku konveksi di Kabupaten Bandung lesu.
“Penjualan menurun, pendapatan menurun, tapi pengeluaran semakin besar. Kalau saya, produksi baju Koko dan Gamis. Sudah enggak bisa jual kemana-mana lagi. Di sana Covid di sini Covid. Buyer pada ketakutan,†kata dia.
Majid menitipkan harapan kepada Teh Nia jika menjadi bupati Bandung untuk memperhatikan nasib pelaku UMKM, terumata di wilayah Soreang. Ia meyakini jika Teh Nia akan selalu menjaga amanah jika terpilih menjadi bupati kelak.
“Kami meminta disedikan tempat, kemudahan mendapatkan modal. Karena ada ribuan pelaku UMKM di sini. Potensinya cukup besar untuk membesarkan nama Kabupaten Bandung,†katanya. Red/IWnaruna