PUTRAINDONEWS.COM
DENPASAR – BALI | Senin 8 April 2019. Bertepatan dengan Karya Ngusaba Dalem, Ida Bhatara Dalem Memasar di Pura Pesamuhan Agung/Pasar Nongan, Desa Pakraman Nongan, Rendang, Karangasem, Senin (8/4) dipersembahkan sebuah tarian sakral berumur ratusan tahun oleh masyarakat Desa Nongan baik dari kalangan anak-anak, remaja maupun dewasa. Dalam kesempatan itu Ny. Putri Suastini Koster terjun langsung bersama 200 penari untuk menarikan tarian tersebut.
Sebagai salah seorang yang sering berkecimpung dalam dunia seni tari maupun seni panggung, Ny. Putri Koster memberikan apresiasi tinggi terhadap rekontruksi tarian sakral ini. Menurutnya, membangkitkan kembali seni budaya yang hampir punah merupakan wujud nyata kepedulian terhadap warisan para leluhur. Disamping itu, melestarikan seni dan budaya juga merupakan cerminan dari visi misi Gubernur Bali yaitu Nangun Sat Kerthi Loka Bali, dimana pelestarian tidak hanya dilakukan dari segi sekala/nyata semata melainkan juga dari segi niskala yakni dengan Tuhan dan Para Leluhur. “Untuk itu saya minta kepada para generasi muda kita di Bali marilah kita mulai peduli untuk membangkitkan dan melestarikan seni budaya yang kita miliki terlebih yang hampir punah sehingga kelestarian tidak hanya diwujudkan dengan simbolis belaka melainkan menggali dan secara kontinyu melestarikaanya”, pungkas istri orang nomor satu di Bali tersebut.
Ditemui pada kesempatan yang sama, salah satu anggota tim rekontruksi tari Rejang Pala Wayan Arya Satyani mengatakan bahwa tarian Rejang Pala ini berasal dari peninggalan Pura Pan Balang Tamak yang ada di Desa Nongan. Pada awalnya, dikalangan masyarakat desa setempat hanya beredar cerita bahwa Rejang tersebut hanya berupa gelungan berisi buah-buahan dan dikeluarkan pada saat ada upacara namun tidak ditarikan karena masyarakat tidak mengetahui bagaimana cara menarikanya. Untuk itu, ia beserta tim dari Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar menelusuri sejarah dan melakukan renkontruksi tari tersebut. Lebih lanjut ia mengatakan bahwa tarian tersebut memiliki tujuan untuk memohon keselamatan, kesuburan yang gemah limpah loh jinawi teruama pada subak abian, karenanya para penari dihiasi dengan gelungan yang berisi buah-buahan lokal. “Saya berharap tarian ini dapat mewakili sejarah yang ada di Desa ini khususnya di Pura Pan Balak Tamak sehingga sejarah yang ada dapat diketahui, dinikmati oleh generasi muda saat ini”, pungkasnya.
Dalam kesempatan itu, selain dilakukan persembahyangan bersama juga dirangkaikan dengan peresmian komitmen masyarakat Desa Nongan terhadap pembatasan timbulan sampah plastik sekali pakai sesuai dengan Pergub Nomor 97 Tahun 2018, yang diresmikan oleh Bendesa Adat Nongan dan disaksikan oleh Putri Koster. (**)