Hari Ibu Ke-94, Ketua KPK H. Firli Bahuri ; Tiada Bandingannya ‘Cinta Seorang Ibu Kepada Anak Tanpa Syarat’

***

Putraindonews.com – Jakarta | Hari ini, Kamis 22 Desember 2022, segenap bangsa Indonesia kembali memperingati Hari Ibu Nasional Ke-94, yang seyogianya bukan hanya kita rayakan sebagai ceremony tahunan semata, namun sepatutnya kita memaknai esensi khususnya nilai-nilai hidup kehidupan dan pengorbanan besar seorang ibu, bagi kita anak-anaknya.

Perempuan Berdaya, Indonesia Maju yang diusung sebagai tema besar dalam peringatan tahun ini sangat tepat, mengingat hanya di tangan sosok nan sederhana namun memiliki daya luar biasa inilah, yang menentukan kualitas dan integritas generasi penerus bangsa, untuk kemajuan Indonesia. Ujar ketua KPK H. Firli Bahuri, Kamis (22/12)

Firli mengungkap bahwa sosok bersahaja, yang kasih sayangnya tak lekang oleh waktu inilah, yang sangat dapat membentuk kepribadian, watak dan jatidiri seorang anak, dalam setiap tahapan *proses alamiah ‘asah, asih, asuh’* sejak mengandung, melahirkan, merawat hingga membesarkan anak-anak, buah hatinya.

Nilai-nilai dasar ketuhanan, agama, moral, akhlak, etika dan budaya serta kejujuran yang ditanamkan seorang ibu kepada anak-anaknya, adalah pondasi kuat yang mengakar jauh ke dalam, untuk membentuk karakter kuat dan integritas yang baik dan kokoh seorang anak, hingga mereka dewasa kelak.

Generasi-generasi bangsa seperti inilah, yang sejatinya menjadi solusi negara dalam menghadapi sekaligus menyelesaikan ragam permasalahan besar bangsa, salah satunya korupsi dan perilaku koruptif, yang telah berurat akar di republik ini, terang Firli.

Korupsi adalah persoalan besar dan utama yang tengah dihadapi negara-negara dunia khususnya Indonesia, dan permasalahan tersebut dapat tuntas diselesaikan apabila segenap anak-anak bangsa di republik ini, tertanam karakter dan integritas baik yang senantiasa disemai oleh ibu, untuk meredam nafsu tamak, yang menjadi biang keladi timbulnya perilaku koruptif.

Tidak dapat dipungkiri, tamak atau ketamakan sejatinya ada dalam diri setiap manusia, tanpa terkecuali. Namun dengan nilai-nilai ketuhanan, agama, moral, akhlak, etika dan budaya serta kejujuran yang dihembuskan ibu mulai dalam kandungan hingga terlahir kedunia-lah, yang dapat mengekang ketamakan, sisi kelam terdalam manusia.

Tamak mampu mengubah tabiat manusia menjadi rakus layaknya se-ekor tikus, tidak pernah puas dengan apa yang telah diperolehnya dan selalu merasa kurang dengan apa yang telah dimilikinya. Sesungguhnya sekecil apapun nominal yang diperoleh akan cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup. Sebaliknya sebesar apapun nominal yang diterima tidak akan pernah cukup jika untuk memenuhi kebutuhan gaya hidup.

Melihat sentralnya peran ibu, dapat saya simpulkan bahwasanya KARAKTER KELUARGA ANTIKORUPSI, “Dimulai dari sebuah keluarga, dimana ruh ANTIKORUPSI yang senantiasa menyiratkan nilai-nilai kejujuran, kesederhanaan, moral dan etika, senantiasa diembuskan ibu kepenjuru kalbu setiap individu yang menjadi bagian dalam keluarga, sehingga terbentuklah KARAKTER KELUARGA ANTIKORUPSI.

Dalam sebuah hadis, Rasulullah mengatakan Ridha Allah terdapat pada ridha orang tua, dan murka Allah juga terdapat pada murkanya orang tua., “Berbaktilah kepada ibu karena untuk mendapatkan ridha Allah, adalah perlunya dari ibu dan bapak.”

Dalam hadist yang lain diriwayatkan, terdapat kesedihan orang tua karena perbuatan dosa yang dilakukan sang anak.

BACA JUGA :   ORASI ILMIAH, Profesor Megawati Tegaskan Perlu Amandemen Untuk Hadirkan Kembali PPHN

Ketika itu Rawabah bin Abdullah berkata:“Setiap kali melakukan kebaikan, aku melihat ayahku (ibu) tersenyum di dalam mimpiku.”
Ayahnya (ibu) lantas berkata:“Semoga Allah Ta’ala memuliakanmu dengan kebaikan. Engkau telah memuliakan aku di antara para penghuni kubur.”

Beberapa saat kemudian Rawabah absen dalam kebaikan dan justru lebih banyak melakukan perbuatan dosa. Rawabah pun melihat kondisi ayahnya (ibu) dalam keadaan yang berbeda.

“Aku melihat ayahku (ibu) menggigit jari-jemarinya. Sang ayah (ibu) lalu bertutur yang berbeda. “Engkau telah membuatku sedih, anakku. Jangan kau ulangi lagi, karena aku tidak berani bertemu dengan para penghuni kubur lainnya (lantaran rasa malu).”

Dosa yang diperbuat oleh sang anak bisa jadi karena kelalaian orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Allah SWT berfirman: “Wahai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka, yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.” (QS. Al-Tahrim:6)

Bentuk pengabdian kepada ibu dan bapak tidak hanya saat mereka hidup, namun saat mereka dialam kuburpun perbuatan baik ataupun buruk seseorang langsung berhubungan dengan kondisi mereka di alam kubur.

Alhamdulillah, saya senantiasa memiliki kesempatan untuk berziarah ke makam ibu dan ayah di Desa Lontar Sumatera Selatan. Saya sadar betul bahwa apa yang kita capai saat ini karena jasa orang tua, khususnya ibu.

Karena itulah, saya mengajak seluruh anak-anak bangsa di Republik ini, untuk senantiasa menjaga martabat, harga diri keluarga khususnya orang tua kita, mengingat kita tentunya menjadi kebanggan ibu dan ayah saat terlahir ke dunia.

Jangan pernah mengecewakan mereka, ingat lah selalu wajah renta penuh harap orang tua kita, yang selalu bangga menatap anak-anaknya, anak-anak yang menjadi kebanggaan hingga akhir hayatnya.

Saya menilai pengabdian kepada orang tua tidak hanya saat mereka masih hidup, ketika mereka meninggal pun wajib dilakukan. Berziarahlah ke makam orang tua untuk berdoa, namun jika belum bisa berziarah, doa-doa tentunya selalu kita lantunkan untuk mereka.

Kembali teringat sebatang kara, ibu berjuang sangat keras layaknya seorang ayah untuk menafkahi anak-anaknya, namun tidak sekalipun beliau berperangi kasar, tetap lembut penuh kesabaran dan kasih sayang kepada buah hatinya, dengan naluriah ke-ibuannya.

Yang saya fahami, seorang ibu akan selalu berusaha segenap jiwa dan raganya untuk membahagiakan dan mengedepankan masa depan anaknya, meskipun beliau mengorbankan kebahagiaan dan masa depannya sendiri.

Masih teringat momen-momen pilu yang selalu menggetarkan hati saya hingga saat ini, saat ibu menyebut nama saya dalam doanya usai sujud 1/3 malam (sholat tahajud) nya.

Disinari lampu temaram, samar-samar saya lihat ibu terisak, sesekali beliau menyeka derai air mata yang membasahi pipinya. Entah apa yang berkecamuk dalam hati dan pikirannya, namun yang pasti, ibu memikirkan masa depan saya dan saudara-saudara lainnya.

Paling sedih dan menyentuh, saat ibu perlahan menghampiri kami satu persatu, anak-anaknya yang sebagian tengah lelap dalam tidur. Menahan isak dan linang air mata, ibu kembali memanjatkan doa-doa sembari mengusap lembut kepala dan membaluri sekujur tubuh saya dan saudara-saudara lainnya.

BACA JUGA :   SAMBANGI KPK, Kapolri Bicarakan Penguatan SDM, Pencegahan Hingga Joint Investigasi

Jujur, saat itu saya menangis, terharu dan mencoba menahan perasaan itu dengan berpura-pura tidur. Namun sering kali saya tidak sanggup menahan perasaan sehingga terkadang saya ikut menangis dalam dekapan hangat tubuh beliau yang renta.

Inilah yang membuat saya bertekad mengejar dan mewujudkan cita-citanya menjadi seorang abdi negara, meski hidup dalam keterbatasan karena saya yakin, doa dan restu ibu akan membuka jalan bagi saya.

Satu pesan Ibu, ‘Jika tak ada tumpuan untuk berpegang, ingatlah selalu ada Allah SWT tempat kita bersandar’, selalu saya jadikan pedoman dalam menjalani khususnya menghadapi situasi dan tantangan apa pun dalam hidup ini.

Perjuangan dan pengorbanan luar biasa ibu, mengajarkan saya tentang nilai-nilai sejatinya kehidupan, dimana kerja keras, kerja ikhlas dan wajib mengedepankan nilai-nilai agama, moral, etika, budaya dan kejujuran, adalah kunci kesuksesan di masa depan.

Pesan ibu lainnya yang Insya Allah akan saya jalankan adalah jaga sholat, selalu berdoa, berusaha keras, teguhkan integritas meski keadaan kita terbatas, lalu berserah diri kepada-NYA kareha boleh saja dunia terlalu rapuh untuk dijadikan pegangan, namun selalu ada Allah SWT tempat kita jadikan sandaran.

Tidak berlebihan jika saya memandang tema besar peringatan Hari Ibu Nasional 2022: *Perempuan Berdaya, Indonesia maju* adalah cerminan gigihnya perjuangan, pengorbanan dan kerelaan luar biasa ibu saya tercinta, dimana beliau ibu sebagai orang tua tunggal, seolah tidak mengenal kata lelah dalam merawat dan membesarkan 6 putra dan putrinya sejak tahun 1968 setelah ayah berpulang ke Rahmatullah.

Kami berenam dimana saat itu saya masih berusia 5 tahun, tentunya belum siap menghadapi kenyataan dan menjalani hidup tanpa ayah tercinta, apalagi kondisi ekonomi keluarga yang jauh dari kata cukup kala itu.

Perjuangan tanpa pamrih dan pengorbanan dengan kerelaan luar biasa yang ditunjukan ibu, menggerakkan hati saya, meneguhkan tekad saya dan melecut semangat saya untuk berjuang keluar dari Dusun Lontar Sumatera Selatan, menatap dunia untuk mengejar cita-cita yang tentunya di iringi oleh restu dan doa ibu.

Beruntung sekali bagi orang-orang yang masih memiliki ibu di dunia ini. Sungguh sangat sedih jika teringat waktu kecil saya telah membuat ibu menangis, teramat menyesal saya pernah abai dengan ibu hanya karena sibuk dengan dunia sendiri. Padahal disaat jatuh terpuruk, ibu-lah penguat jiwa dari segala hal, selain kepada Allah SWT, ibu lah tempat saya mengadu.

Terimakasih Ayah dan Ibu, semoga Allah SWT mengampuni semua dosa, menerima seluruh amal ibadah sehingga ditempatkan ditempat yang layak disisi Allah SWT, Amin.

اَللّهُمَّ اغْفِرْلِيْ وَلِوَالِدَيَّ وَارْحَمْهُمَاكَمَارَبَّيَانِيْ صَغِيْرَا
“Allaahu maghfirlii waliwaalidayya waar hamhumaa kamaa rabbayaanii shagiiraa”.

“Wahai Tuhanku, ampunilah aku dan Ibu Bapakku, sayangilah mereka seperti mereka menyayangiku di waktu kecil”. Aaamiin.

***

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI

error: Content is protected !!