***
Putraindonews.com – Jakarta | Kemarin, Sabtu 23 April, terjadi lagi kecelakaan bus Transjakarta di jalan tol Jagorawi Km 2. Bus Transjakarta tersebut berpindah jalur dan menabrak tiga buah mobil pribadi. Naas didapati bahwa sopir Transjakarta sudah meninggal dunia dalam kecelakaan tersebut.
“Dikabarkan bahwa sopir Transjakarta mengidap sakit jantung dan alami masalah jantung saat mengemudi.” Ujar Azas Tigor Nainggolan, Ketua FAKTA (Forum Warga Kota Jakarta) dalam siaran persnya yag diterima redaksi, Minggu 24/4/22.
Tigor juga menuturkan bahwa kejadian seperti ini pernah juga pada kecelakaan bus Transjakarta 4 November 2021 lalu.
Ketika itu si sopir informasinya menderita sakit epilepsi dan alami masalah saat mengemudi karena tidak minum obat. Kejadian kecelakaan juga bukan masalah baru dalam tahun 2021 dan 2022.
Terjadi juga kecelakaan bus Transjakarta akibat dari keletihan bekerja dalam waktu yang lebih dari delapan jam Sangat banyak terjadi kecelakaan yang dialami oleh bus Transjakarta dan itu menimbulkan catatan buruk manajemen Transjakarta.
Sering terjadinya kecelakaan Bu Transjakarta adalah akibat dari tidak dijalankannya Standar Operasional Prosedur (SOP). Dalam hal menjalankan dan menjaga dijalankannya SOP dalam manajemen layanan Transjakarta adalah tanggung jawab direksi sebagai pemegang kendali bisnis layanan di internal Transjakarta.
Mengapa bisa operator mitra Transjakarta memperkerjakan sopir bekerja dalam kondisi sakit?
Begitu juga bagaimana pengawasan terhadap operator mitra Transjakarta yang memperkerjakan sopir lebih dari delapan jam sehari?
Bagaimana pengawasan direksi Transjakarta dalam sistem penggajian para pekerja dan sopir di internal Transjakarta?
Semua ini akan dapat dikendalikan dan dicegah jika direksi Transjakarta bekerja benar mengawasi mulai dari rekruitmen operator berkualitas tanpa permainan?
Bagaimana direksi berani menegakan SOP dan menghukum para operator mitra yang tidak menjalankan SOP secara benar?
Jika para direksi bersih dan bekerja baik tentu akan mampu memilih operator yang berkualitas serta berani tegas terhadap operator mitra yang tidak bekerja sesuai SOP. Ungkap Tigor.
Semua kejadian kecelakaan ini menunjukan betapa bobroknya jajaran direksi Transjakarta. Selama dua tahun ini di 2021 dan 2022 terus saja terjadi rentetan kecelakaan bus Transjakarta tanpa upaya perbaikan dari manajemen serta operator mitra Transjakarta.
“Semua kecelakaan dan kebobrokan manajemen ini sudah cukup jadi dasar untuk mengganti semua jajaran direksi Transjakarta”. Tegas Ketua FAKTA Azas Tigor Nainggolan.
Diperlukan langkah mengganti semua jajaran direksi dengan orang-orang yang profesional dan bersih menjadi direksi Transjakarta Tetapi sampai saat ini pemprov Jakarta Jakarta dalam hal ini gubernur Jakarta Anies tidak juga mengevaluasi dan mengganti jajaran direksi Transjakarta.
Sampai saat ini Anies Baswedan tidak mengganti jajaran direksi Transjakarta, mungkin karena mereka adalah tim sukses Anies Baswedan saat pilkada Jakarta lalu.
Akibat menjaga relasi dengan tim suksesnya, Anies Baswedan mengorbankan dan membiarkan hancurnya layanan Transjakarta. Untuk segeralah pemprov Jakarta mengganti semua jajaran direksi Transjakarta untuk memperbaiki kinerja pelayanan Transjakarta, pungkas Tigor. Red/Ben
***