PUTRAINDONEWS.COM
JAKARTA | komunitas Jakarta Good Guide menghadirkan “Ngabuburit Wisata Kopi”, sebuah pengalaman berwisata secara virtual yang mengajak wisatawan menelusuri deretan tempat kopi di Jakarta lengkap dengan cerita menarik di belakangnya.
“Kedai-kedai kopi memiliki cerita yang bisa dieksplorasi. Baik dari kedai kopi pertama yang ada di Jakarta yang sampai saat ini masih bertahan di tengah kedai kopi lainnya.
Jadi kita bisa menambah ilmu sambil menikmati kopinya yang sudah pasti enak,†kata Cindy Tan selaku pemandu tur dari Jakarta Good Guide, Jumat (8/5/2020).
Berwisata kopi juga memungkinkan siapapun belajar liku-liku tentang kopi mulai dari sejarah kopi, perkembangannya dari masa ke masa, sampai saat ini masuk ke era di mana kopi tidak hanya menjadi salah satu minuman favorit tapi juga gaya hidup masyarakat.
Dalam wisata virtual yang berlangsung selama dua jam itu, para peserta yang berjumlah lebih dari 200 orang diajak ke beberapa tempat kopi ikonik di Jakarta.
Mulai dari Toko Kopi Luwak Gondangdia, Toko Kopi Sedap Jaya Jatinegara, Toko Kopi Warung Tinggi, dan Warung Kopi Takkie. Selain itu juga Phoenam, Kwang Koan, Kong Djie dan Bakoel Koffie.
Candha Adwitiyo selaku CoFounder Jakarta Good Guide mengatakan, di Jakarta banyak sekali kedai kopi dengan berbagai cerita dan sejarahnya untuk ditelusuri.
Hal-hal seperti ini lah yang menjadi kegiatan komunitas Jakarta Good Guide, yang selalu menelisik destinasi-destinasi menarik di Jakarta.
“Komunitas Jakarta Good Guide ini tak jauh dari jalan-jalan, menelisik destinasi-destinasi menarik. Salah satu yang rutin dilakukan adalah walking tour bersama sejumlah turis asing yang berwisata di wilayah Jakarta,” kata dia.
Kepala Biro Komunikasi Kemenparekraf Agustini Rahayu mengatakan, “Ngabuburit Wisata Kopi” tidak hanya menyajikan pengalaman dan wawasan baru mengenai kopi dan tempat-tempat kopi legendaris di Jakarta, tapi juga menunjukkan bagaimana pandemi membawa kita menuju kondisi “New Normal”.
Masyarakat ditunjukkan bagaimana teknologi dan media digital membawa masyarakat pada rutinitas dan cara hidup yang baru.
“Dengan kita tidak bisa kemana-mana, bukan berarti kita tidak bisa menjadikan pariwisata sebagai gaya hidup kita. Keterbatasan ini tidak bisa membuat kita diam.
Kegiatan virtual seperti ini membuka peluang baru di era new normal. Mau tidak mau suka tidak suka, kita akan memanfaatkan teknologi. Meskipun tidak bisa menggantikan experience ketika kita berkunjung langsung ke destinasi wisata,†ujarnya.
Agustini Rahayu juga menjelaskan, wisata virtual bersama komunitas ini kali pertama diselenggarakan oleh Kemenparekraf. Diharapkan kedepan akan ada wisata virtual lainnya dengan tema yang berbeda.
“Tentunya akan ada wisata lainnya dengan tema yang berbeda. Kami berharap kegiatan kali ini bisa menginspirasi komunitas lain agar masih bisa bergerak di kondisi seperti ini,†ujarnya. Red/RH