Nasi Koyor Legend Kota Semarang, Ada sejak 1955

Putraindonews.com – Jateng | Semarang merupakan salah satu kota di Jawa Tengah yang dulunya menyimpan banyak sekali sejarah. Kota Semarang memiliki sejarah yang sangat tua.

Menurut catatan sejarah, daerah ini telah dihuni sejak zaman prasejarah. Namun, sejarah tertulis kota ini dimulai pada abad ke-9 Masehi, ketika daerah ini dikenal sebagai “Banyumas”.

Pada masa itu, Semarang merupakan bagian dari Kerajaan Mataram Kuno. Sejak era kemerdekaan, Semarang terus berkembang dan menjadi pusat ekonomi dan budaya di Jawa Tengah.

Infrastruktur modern seperti jalan raya, pelabuhan, dan bandara dibangun untuk mendukung pertumbuhan kota ini.

Semarang juga menjadi tujuan wisata yang populer, terutama dengan adanya kawasan Kota Lama Semarang yang menarik.

Selain terkenal akan sejarahnya, Kota Semarang juga merupakan kota yang memiliki banyak pengunjung wisatawan karena memiliki banyak destinasi wisata yang menarik, salah satunya yaitu Kota Lama.

Memiliki gaya arsitektur kolonial Belanda, Kota Lama menjadi destinasi yang tidak bisa dilewatkan saat berkunjung ke Kota Semarang.

Salah satu landmark terkenal di Kota Lama Semarang adalah Gereja Blenduk, sebuah gereja bersejarah yang dibangun pada tahun 1753. Gereja Blenduk memiliki arsitektur yang megah dengan kubah berbentuk bulat.

Pengunjung wisatawan tak perlu khawatir mengenai kuliner disekitaran Kota Lama, karena terdapat banyak sekali pedagang yang berjualan dengan beraneka macam kuliner, dan yang paling populer di kawasan Kota Lama ialah Nasi Koyor.

Sebelum kita masuk ke pengertian nasi koyor, mari menilik sedikit sejarah nasi koyor yang dapat ditelusuri hingga masa penjajahan Belanda di Indonesia.

Selama masa penjajahan, komunitas Tionghoa di Semarang juga turut berkontribusi dalam perkembangan kuliner di kota ini. Mereka memperkenalkan berbagai hidangan dengan pengaruh Tionghoa yang kemudian diadaptasi dengan cita rasa lokal.

BACA JUGA :   Mengkaji Rencana Kenaikan Tarif Jalan Tol

Nasi Koyor merupakan salah satu hasil adaptasi kuliner tersebut. Dalam pengembangannya, hidangan ini menggabungkan unsur-unsur Tionghoa dan lokal menjadi sebuah kombinasi yang unik.

Bagi yang belum tahu, nasi koyor adalah hidangan nasi yang berisikan koyor atau urat sapi yang menempel di tulang, sayuran seperti nangka muda, kacang panjang, buncis, atau labu siam, tahu, kering tempe, sambal, dan juga telur rebus.

Merupakan salah satu makanan yang lezat dan wajib disantap saat anda berkunjung ke Semarang.

Di sekitaran Kota Lama, terdapat Nasi Koyor yang sangat terkenal di kalangan masyarakat Semarang yaitu “Warung Makan Nasi Koyor Kota Lama”.

Saya merekomendasikan tempat yang satu ini dikarenakan warung ini legendaris, ada sejak berpuluh-puluhan tahun lalu dari tahun 1955, lebih tepatnya 5 tahun setelah Indonesia merdeka.

Tak hanya legendaris, walau tempatnya sederhana, dengan bangunan semi permanen dengan lebar dua meter dan panjang tidak lebih dari tujuh meter, namun warung yang satu ini mempunyai banyak sekali peminat, mulai dari masyarakat biasa hingga para pejabat yang mampir hanya untuk sekedar mencicipi Nasi Koyor Warung Makan Kota Lama ini. Yulianti, selaku pemilik warung makan mengatakan “Pak Tjahjo Kumolo (Menpan RB, Red).

Pak Abioso (Wakapolda Jateng), Pak Bambang Yoga, sekarang sudah jadi Kapolres Sukoharjo. Kalau ke Semarang sering mampir ke sini. Almarhum Pak Muladi juga dulu sering ke sini”.

Warung Makan Nasi Koyor ini juga masih menggunakan alat-alat tradisional untuk memasak hidangannya. Seperti masih menggunakan arang untuk memasak koyor karena menurut Yuli, dengan menggunakan arang maka cita rasa dan aroma masakan yang dibuat akan menjadi lebih spesial dan lebih nikmat.

Dalam sehari, Yuli menghabiskan minimal tujuh kilogram jeroan untuk memasak koyor.

BACA JUGA :   PR Gubernur dan Wakil Gubernur Jakarta di Bidang Transportasi

Saat hendak memakan nasi koyor, tercium aroma rempah khas yang menggugah selera. Namun bagi yang belum pernah mengonsumsi koyor, ketika melihat potongan koyor mungkin mereka akan teringat oleh kikil.

Hanya saja yang membedakan antara koyor dan kikil adalah koyor mempunyai potongan ukuran yang lebih besar daripada kikil.

Pada suapan pertama, tekstur kenyal kikil dan gurih manis kuah akan terasa di lidah. Ditambah dengan nasi hangat dan lauk pelengkap membuat nafsu makan bertambah. Kemudian jika ditambah dengan sambal maka cita rasa koyor akan lebih menggugah dan bikin ketagihan.

Tak heran, karena hidangan ini mempunyai rasa yang sangat lezat dan bikin ketagihan. Yulianti mengatakan jika ia masih menggunakan resep rahasia turun menurun dari keluarganya.

Sebagai penambah, Yulianti beserta suaminya merupakan generasi kedua dari keluarganya sejak tahun 2015, dan ia juga ingin tetap melanjutkan usaha warung makannya dengan mempertahankan bentuk dan keaslian warung tersebut.

Lalu ia juga mengatakan ingin mewariskan warung makan tersebut kepada anaknya. “Sebelum saya lahir, ibu sudah berjualan. Mungkinan nanti anak saya gentian yang meneruskan,” ujarnya.

Yulianti juga menambahkan sejarah dari warung makannya adalah berawal dari ayahnya yang bekerja sebagai petugas keamanan di area gedung Marba berbekal resep keluarga, beliau mendirikan warung makan yang masih eksis hingga kini.

Warung makan Nasi Koyor Kota Lama berlokasi bersebelahan dengan gedung Marba dan gedung Spiegel di kawasan kota lama tepatnya di Jl. Gelatik No.7, Purwodinatan, Kec. Semarang Tengah, Kota Semarang. Buka setiap hari dari senin sampai minggu dari jam 08.30 sampai jam 15.00 WIB.

Penulis adalah Jaenny Halim (Mahasiswa Ilmu Komunikasi, Universitas Dian Nuswantoro)

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI

error: Content is protected !!