Sekjen PKS Bilang Amicus Curiae Megawati, Bentuk Atensi Seorang Tokoh Nasional

Putraindonews.com – Sekretaris Jenderal Partai Keadilan Sejahtera (Sekjen PKS) Aboe Bakar Al Habsyi menilai surat amicus curiae atau sahabat pengadilan yang diajukan sejumlah tokoh, termasuk Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri menjelang keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) RI, dalam sidang sengketa Pilpres 2024, menggambarkan atensi serta perhatian seorang tokoh besar nasional.

“Menggambarkan konsentrasi dan atensi serta perhatian yang dalam oleh seorang tokoh besar nasional yang punya jam terbang dan punya daya dukung publik yang cukup kuat,” kata pria yang akrab disapa Habib Aboe saat dihubungi, Jumat (19/4/2024).

Habib Aboe pun mengaku sepakat dengan Megawati yang menyebut Pilpres 2024 puncak kecurangan Terstruktur, Sistematis, dan Masif (TSM).

BACA JUGA :   PDIP Tangsel Targetkan 5 Kursi di Dapil Pamulang

“Ya kita cocok-cocok aja lah. Dan saya pikir itu (pengajuan diri Megawati sebagai amicus curiae), harus mendapat atensi dan perhatian yang baik,” ujarnya.

Dalam pendapat yang dikirimkan Megawati ke Hakim MK, Megawati menyinggung soal Pilpres 2024 yang dinilai merupakan puncak kecurangan TSM. Hal itu ditulis Megawati dalam suratnya kepada MK yang diserahkan Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto seperti dilihat, Selasa 16 April 2024.

Megawati awalnya mengungkit soal kompleksitas Pemilu di Indonesia yang disebutnya dimulai pada Pemilu 1971. Dia mengatakan saat itu aparat negara digunakan sebagai alat elektoral dan alat represif.

BACA JUGA :   Gelar HUT Ke-3, Bintang Muda Indonesia Hadirkan Ketua Umum AHY dan Elite Partai Demokrat

Megawati kemudian mengungkit soal kepentingan geopolitik global terhadap Pemilu di Indonesia pada 1999, 2004, dan semakin menguat pada 2024.

“Politik bantuan sosial diterapkan secara masif pada tahun 2009 seiring dengan meningkatkan populisme,” tulis Megawati dalam suratnya ke MK.

Presiden kelima RI itu juga menyebut penggunaan aparat penegak hukum dipraktikkan pada Pemilu 2009 dan 2019. Dia lalu menyebut ada evolusi kecurangan yang terjadi.

“Mengapa evolusi kecurangan terjadi, bahkan semakin bersifat akumulatif? Sebab belum pernah tercipta efek jera sebagaimana di Amerika Serikat dengan skandal Watergate yang memaksa Presiden Richard Nixon mengundurkan diri,” ucapnya. Red/HS

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI

error: Content is protected !!