Sukses Meluncur, Satelit Nano Milik Indonesia Mengangkasa Hingga Tahun Depan

***

Putraindonews.com – Jakarta | Akhirnya setelah sekian lama menanti, satelit nano milik Indonesia mengangkasa hingga tahun depan. Surya Satelit-1 (SS-1), proyek ilmuwan lokal yang digarap selama 6 tahun itu kini mulai mengorbit.

“Untuk umurnya mungkin dari estimasi kami 6-12 bulan,” ujar Setra Yoman Prahyang, Surya Satellite-1 Project Leader, pada acara pelepasan SS-1 dari ISS, di kantor Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Jakarta, Jumat (6/1).

Pihaknya mengatakan bahwz angka tersebut dihasilkan dari proses pemodelan timnya. Untuk spesifikasi statelit ini, bermodel cubesat dengan ukuran 10 x 10 x 11.35 sentimeter dan berat 1 hingga 1,3 kilogram.

Ukurannya lebih kecil dari satelit mikro atau tubesat yang biasanya memiliki berat 50-70 kilogram.

Proyek SS-1 sendiri diinisiasi oleh engineer muda dari Surya University yang bekerja sama dengan Organisasi Radio Amatir Indonesia (ORARI) sejak Maret 2016. Pada 2017, SS-1 mulai dikerjakan dengan supervisi dari para periset di Pusat Teknologi Satelit.

Usai rampung digarap, satelit nano ini diluncurkan ke Stasiun Antariksa Internasional (ISS) pada Minggu (27/11) dini hari dengan menumpang Roket Falcon 9 CRS-26 milik perusahaannya Elon Musk, SpaceX.

BACA JUGA :   Tidak Cukup Dengan 5M dan Vaksinasi , Ilmuwan Indonesia Ciptakan Alat Pembasmi COVID-19

“Satelit Nano karya anak bangsa Surya Satellite-1 (SS-1) telah berhasil diluncurkan dini hari tadi waktu Indonesia, atau tepatnya pukul 02:20 PM waktu Amerika Serikat (EST), menggunakan Roket SpaceX Falcon 9 CRS-26,” ungkap Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa (ORPA)-BRIN di akun Instagramnya, Minggu (27/11).

Usai menumpang ISS beberapa lama, satelit yang ditenagai panel surya ini dilepaskan menuju orbit untuk beroperasi di ketinggian 400-420 kilometer di atas permukaan Bumi dengan sudut inklinasi 51,7 derajat.

“Jadi ketinggian ISS itu 380 sampai 420 kilometer nanti orbitnya SS-1 pun akan sama. Begitu dia keluar dari ISS dia sebenarnya sudah sampai di orbitnya,” jelas Setra.

Setra menjelaskan SS-1 lama kelamaan akan kehilangan posisinya di orbit karena satelit nano ini tidak dibekali dengan tenaga penggerak atau propulsion. Perhitungan yang dilakukan Setra dan timnya memperkirakan SS-1 akan kehilangan posisinya dalam 6 hingga 12 bulan.

BACA JUGA :   GANDENG BPPT Kaji Penerapan Teknologi Sektor Parekraf

“Secara teknis perlu ada sistem propulsion yang mana dia berfungsi untuk menggerakkan dia kalau udah mulai turun dinaikkan kembali ke orbitnya. Untuk SS-1 karena memang pertama kali kita desainnya sederhana jadi tidak ada propulsion-nya,” tutur Setra.

Satelit mungil ini disebut memiliki dua fungsi, yakni untuk mengirim pesan singkat atau SMS gratis lewat satelit, dan komunikasi radio.

“Satelit ini bawa dua misi. Yang pertama untuk ngirim SMS tapi lewat satelit. Jadi SMS-nya enggak perlu pake BTS, mau di tengah laut, atau di atas gunung bisa kirim SMS, gratis. Sama satu lagi untuk radio communication, tapi kan radio communication terbatas,” jelas Robertus Heru Triharjanto, Kepala ORPA BRIN di acara yang sama.

Heru menyebut satelit semacam ini memiliki potensi pemanfaatan yang cukup beragam, mulai dari sensor gempa, tsunami, hingga kebutuhan komersial seperti asset tracking. Red/HS

***

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI

error: Content is protected !!