Keterangan Saksi Terkait Meninggalnya Mahasiswa Unitri Asal Sumba Barat Daya

Putraindonews.com – NTT | Masyarakat Sumba dihebohkan dengan kerusuhan sesama anak Nusa Tenggara Timur (NTT) yang mengakibatkan salah seorang mahasiswa asal Sumba Barat Daya meregang nyawa.

Peristiwa naas itu terjadi pada hari Minggu, 25 Juni 2023, sekitar pukul 01.05 WIB. Kejadian bermula ketika mahasiswa Universitas Tribhuwana Tunggadewi (Unitri) asal NTT yang merupakan mahasiswa Sumba mendapat serangan dari komplotan mahasisewa asal Atambua di Cafe Kedai Kopi Jl. Karya Wiguna, Gondang, Dusun Tegalgondo, Kecamatan Karangploso.

Dalam peristiwa ini salah satu mahasiswa asal Sumba meninggal dunia usai dianiaya komplotan mahasiswa asal Atambua.

Adapun Identitas korban berinisial KM, alamat Wanno Mada, Desa Tema Tana, Kecamatan Wewewa Timur, Kabupaten Sumba Barat Daya, NTT.

Setelah dilakukan identifikasi oleh Inafis Polres Malang, diketahui ada 4 luka robek atau bekas tusukan di punggung belakang dan terdapat luka di bagian wajah, baik dari hidung, pelipis dan mulut serta mulut korban mengeluarkan darah.

Saat dikonfirmasi Putraindonews, saksi Ronaldo menerangkan bahwa kejadian ini bermula ketika korban mendatangi acara syukuran wisuda di kafe Kedai Kopi pada Sabtu (24/6) sekitar pukul 21.50 WIB.

BACA JUGA :   Warga Binaan Lapas Kelas IIB Waikabubak Hasilkan Beragam Kerajinan Tangan

Saat itu, saksi bersama korban datang ke kampung kopi Dusun Gondang Rt.04 Rw.01, Tegalgondo, Kecamatan Karangploso, Kabupaten Malang.

Saksi mengaku diajak oleh ketiga temanya yakni Boy, Milki dan Alves. Saat itu, korban berboncengan bersama saksi tengah mengendarai sepeda motor Scopy bernopol W 2155 GD.

Mereka pun berangkat dari kos Dermo Desa Mulyoagung Kecamatan Dau, Kabupaten Malang menuju kafe Keda Kopi.

“Setelah sesampai di Kafe kampung Kedai Kopi, kami pun langsung duduk-duduk sambil minum. Kemudian Saya didatangai seorang laki-laki yang mengaku 1 daerah dari NTT kemudian berbincang-bincang dan saya bilang saya adiknya Fery,” tandasnya kepada Putraindonews, Senin (26/6).

Lanjut Ronaldo, sekitar 1 jam, saksi mengajak korban pulang namun saksi menunggu di kebun Jeruk tempat awal korban memarkirkan sepeda motor

“Lalu tanpa sebab yang jelas saat saya dan korban berboncengan mau pulang tetapi dipanggil dengan kata-kata “woi, wio”, lalu kami berhenti langsung di keroyok, kemudian teman yang berada di Kafe sempat melerai sambil bilang, ‘ini Adiknya Feri’,” tuturnya.

BACA JUGA :   KPK Belum Umumkan Status Pemeriksaan Mentan Yasin Limpo

Setelah dilerai, dan sudah merasa aman, korban dan saksi hendak mau pulang, karena motor terjatuh dan sayap motor juga terlepas, saksi lalu memungut bodi motor yang jatuh dan bergegas pulang.

“Saat saya pungut bodi motor yang jatuh, saya dilempar batu paving mengenai punggung sebelah kiri sampai terjatuh dan berjalan merayap ke jalan raya, kemudian saya melihat korban dianiaya oleh 6-7 orang dengan dipukul menggunakan tangan kosong,” ungkap saksi.

Karena melihat jumlah pihak lawan yang banyak, Ronald pun berlari meminta bantuan kepada kawan-kawannya.

Namun sesampai mereka di lokasi bersama teman saksi, korban terlihat tergeletak bersimbah darah.

“Pas kami sampai dengan teman-teman, saya kaget korban sudah mandi darah. Saya lihat ada darah di bawa perut,” katanya.

Diketahui, hingga saat ini, kepolisian sedang melakukan upaya penangkapan para pelaku. Red/Nov

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI

error: Content is protected !!