Putraindonews.com – Pinrang | Agar penyedotan tinja bisa rutin dan meluas dilakukan, saat ini Kabupaten Pinrang memakai aplikasi daring khusus yang disebut SIMPALD (Sistem Informasi Manajemen Air Limbah Domestik).
Setelah Makassar, di Sulsel, Pinrang adalah kota kedua pemakai aplikasi sejenis. SIMPALD dirancang agar pengelolaan database pelanggan, calon pelanggan, non pelanggan dan pelayanan untuk penyedotan air limbah domestik lebih efektif dan terorganisir.
Sebelum adanya aplikasi tersebut, data-data rumah tangga yang terkait sanitasi dan pelayanan limbah domestik berserakan dimana-mana karena masih ditulis di kertas atau file dokumen seperti PDF, word dan excel.
“Dengan aplikasi ini, data-data tersebut menjadi terhimpun dalam satu wadah. Kita juga bisa mengetahui data identitas calon pelanggan dan pelanggan sedot lumpur tinja dengan lebih cepat, lokasi dan jadwal rutin penyedotan bagi yang sudah mendaftar program L2T2 atau layanan lumpur tinja terjadwal,” ujar Erfan Hasmin perancang aplikasi ini pada Lokakarya Inspeksi Akses Sanitasi Aman Berbasis Sistem Informasi Manajemen Pengelolaan Air Limbah Domestik (SIMPALD) yang diselenggarakan oleh Yayasan BaKTI bekerja sama UNICEF dan Pemerintah Kabupaten Pinrang di hotel M, Pinrang, 23-24 September 2023
Saat ini sebanyak 1.009 dan 1.051 rumah tangga di Pinrang yang telah terjangkau layanan program L2T2 dan L2T3. “Survey yang akan dilakukan oleh sanitarian dan rekan mahasiswa selama workshop ini, hasilnya akan diinput ke dalam aplikasi ini, dan dengan hal tersebut, kita otomatis akan tahu data data identitas penduduk beserta model septik tank yang dimiliki. Mereka yang mengisi questioner survey dan bersedia untuk disedot lumpur tinjanya, otomatis bisa jadi pelanggan l2T2, dan yang belum bisa jadi target sosialisasi sanitasi aman,” ujar Erfan lebih lanjut.
Menurut Erfan, data-data yang sudah terorganisir secara rapi dengan baik dalam aplikasi bisa menjadi dasar pemerintah setempat untuk membuat kebijakan-kebijakan yang tepat sesuai kebutuhan masyarakat terkait penyelenggaraan sanitasi aman.
“Misalnya segera melakukan program sosialiasi pentingnya penyedotan, penambahan armada mobil penyedot, hibah tangki septik yang aman sesuai SNI dan sebagainya,” usul Erfan lebih lanjut.
Menurut Muh Arif, Konsultan Pengelolaan Air Limbah Makassar, masih banyak masyarakat yang belum sadar pentingnya penyedotan lumpur tinja. “Anggapan mereka kalau bertahun tahun air dari kakusnya tidak meluber keluar, berarti kakus tangki septik mereka baik-baik saja.
Padahal seringkali pernyataan tersebut menunjukkan kalau kakus tersebut berarti tidak kedap air dan limbah tinjanya merembes mencemari air tanah sekitar,” ujar Arif di hadapan 41 orang mahasiswa dan sanitarian peserta workshop.
Air limbah tinja mengandung bakteri E-colli dan bisa menyebabkan penyakit diare, tipes, kolera, stunting dan lain-lain. “Kalau di sekitar kita masih banyak yang terkena diare dan penyakit tipes, ini dikarenakan salah satunya kakus wc yang tidak disedot secara rutin minimal tiga tahun sekali,” ujar dr. Eko Nugroho, pemateri yang lain.
Hasil survey mahasiswa dan sanitarian ternyata kebanyakan tangki septik yang dimiliki masyarakat memang tidak masuk kategori sanitasi belum kedap dan aman.
Banyak dari mereka yang disurvey tidak bersedia diganti mengganti atau merehab tengki septiknya dengan tangki septik yang kedap dan aman, baik dengan menggunakan tangki septik fabrikasi berstandar SNI maupun tangki septik yan konvensional.
Mereka merasa tangki septiknya aman-aman saja karena airnya tidak pernah meluber dan tidak mengeluarkan bau. Bahkan banyak dari tangki septik dibangun dengan lantai atau bagian bawahnya tidak dicor, tidak memiliki lubang untuk penyedotan dan lubang hawa. Red/RT