***
Putraindonews.com – Jakarta | PT PLN (Persero) terus melakukan akselerasi dan transisi pelaksanaan energi baru terbarukan (EBT) guna menurunkan emisi terkait dekarbonisasi.
Untuk mewujudkan itu, PLN menempuh cara pengembangan pembangkit EBT, dan melakukan co-firing.
“Co-firing menjadi salah satu pilihan karena selain bisa mengurangi emisi karbon, juga akan memberikan peningkatan bauran dari sisi PLN,” kata Executive Vice President Energi Baru dan Terbarukan PLN Cita Dewi dalam seminar daring Institute for Essential Services Reform (IESR) Indonesia di Jakarta, Jumat (24/3).
Cita mengatakan, saat ini produksi energi ramah lingkungan dari co-firing sudah diimplementasikan hampir di 47 lokasi pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), dan PLN berencana melakukan co-firing ini 52 lokasi PLTU.
Lanjut Cita, pelaksanaannya juga dilakukan bertahap karena sebelum melakukan implementasi, PLN juga melakukan uji coba.
Cita Dewi mengatakan, alasan dilakukan co-firing karena kapasitas PLTU yang ada di Indonesia baik PLN maupun non-PLN yakni Independent Power Producer (IPP), hampir 54 persen.
Dengan demikian, dalam melakukan kebijakan dekarbonisasi, tentunya PLN juga harus melihat opsi ini, opsi bagaimana PLN mengutilisasi atau mengoptimalkan eksisting yang ada, salah satunya PLTU dilakukan co-firing.
Sebelumnya, PT PLN (Persero) menggunakan biomassa sebagai substitusi dari batu bara yang digunakan pada PLTU. Teknologi yang disebut co-firing ini dilakukan PLN untuk menekan emisi karbon. Red/HS
***