Kota Serang – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menyatakan, bahwa Provinsi Banten sudah keluar dari zona merah Tuna Aksara di Indonesia. Hal ini terlihat dari prosentase angka tuna aksara di Banten yang berada di bawah angka 5%.
“Berdasarkan data Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang), Provinsi Banten lima tahun terakhir menunjukan hasil yang signifikan dalam penuntasan buta aksara. Banten bisa terbebas dari zona merah karena sisa tuna aksara hanya 3,7 persen dan sudah dibawah 5 persen. Ini prestasi yg membanggakan,” kata Deputi Program dan Evaluasi Kemendikbud Drs. Pahala Simanjuntak, MM, pada acara Peringatan Hari Aksara Internasional (HAI) Tingkat Provinsi Banten Tahun 2016, di Lapangan Upacara KP3B, Curug – Kota Serang, Rabu (28/09/2016).
Turut hadir dalam acara tersebut, Gubernur Banten, H. Rano Karno, S.IP dan Sekretaris Daerah (Sekda) Banten Drs. H. Ranta Soeharta, MM.
Menurut Deputi Program dan Evaluasi Kemendikbud, keluarnya Banten dari zona merah Tuna Aksara dikarenakan prestasi program Taman Bacaan Masyarakat (TBM) dan Gerakan Banten Membaca yang mampu menurukan angka Tuna Aksara.
“Kami atas nama Kemendikbud mengapresiasi sekaligus mengucapkan terima kasih kepada Bapak Gubernur dan jajaran, Pemerintah Kabupaten/Kota se-Provinsi Banten, seluruh pemangku kepentingan dan masyarakat Banten yang berupaya maksimal untuk menurunkan angka Tuna Aksara di Banten,” Ujar Deputi Program dan Evaluasi Kemendikbud.
Pada kesempatan tersebut, Deputi Program dan Evaluasi Kemendikbud menjelaskan, Indonesia dianggap berhasil menurunkan angka Tuna Aksara, namun mereka yang sudah tuntas Tuna Aksara tidak dilanjutkan dengan berbagai program pemeliharaan dan pelestarian keaksaraan, sehingga bukan tidak mungkin suatu saat mereka bisa Tuna Aksara kembali. Oleh karena itu, pihaknya menghimbau kepada Pemerintah Daerah agar terus memberikan berbagai upaya untuk mendorong Gerakan Indonesia Membaca (GIM) sebagai media menuju masyarakat gemar membaca sepanjang hayat untuk pemberdayaan dan pembangunan berkelanjutan. Selain itu, perlu dipastikan implementasi program ini dengan Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Marginal (GP3M).
“GIM sebagai media menuju masyarakat gemar membaca dan belajar sampai akhir hayat. Dan di Banten sudah launching program ini.
Kita berharap dalam waktu yang tidak cukup lama Banten mampu membebaskan diri dari Tuna Aksara. Banten harus terus berkembang dan lebih kreatif lagi dalam mengembangkan program TBM. Terima kasih kepada semua mitra yang terus komitmen memberikan layanan pendidikan,” ujar Deputi Program dan Evaluasi Kemendikbud.
Sementara itu, Gubernur Banten mengungkapkan, dalam satu dekade program pemberantasan Tuna Aksara di Indonesia telah berhasil diturunkan, begitu juga di Provinsi Banten. Menurut Gubernur, pada tahun 2010 penduduk Banten yang masih buta aksara berjumlah 218.000 orang.
“Dengan kerja keras kita semua, serta melibatkan partisipasi masyarakat, pada tahun 2015 tersisa 51.000 orang dan tahun 2016 ini tersisa 33.500 orang. Tentu ini sebuah prestasi yang harus ditingkatkan kedepannya” ungkap Gubernur.
Gubernur menambahkan, pada tahun 2015 dalam puncak peringatan Hari Aksara Internasional di Karawang, Banten patut berbangga karena berhasil mendapatkan Anugerah Aksara Utama dari Kemendikbud. Penghargaan itu hakikatnya adalah penghargaan untuk semua warga masyarakat Banten yang telah bersama-sama mendukung program ini.
“Saya merasakan bagaimana sulitnya mengajak masyarakat yang belum bisa membaca dan menulis untuk tetap semangat ingin belajar. Makanya saya ilustrasikan itu dalam sinetron ‘Si Doel Anak Sekolahan’, dimana karakter Mandra menjadi ikon yang membuat bapak dan ibu banyak sekali menyukainya. Kami membuat itu, untuk menginspirasi masyarakat agar mau belajar membaca dan menulis,” ujar Gubernur.
Gubernur juga mengapersiasi berbagai elemen masyarakat, seperti pengelola TBM, PKBM, PAUD, LKP, SKB, Tutor Keaksaraan dan Kesetaraan yang turut serta membangun pendidikan non formal di Provinsi Banten.
Pada kesempatan ini, Gubernur juga memberikan bantuan berupa sarana dan prasarana pembelajaran, buku life skill, mebeler TBM, fasilitasi pendirian 200 TBM, bantuan APE outdor dan bantuan lainnya kepada lembaga-lembaga yang turut ambil bagian dalam peningkatan pendidikan non formal di Provinsi Banten.