Langkah Stratrgis 6 Jam Serangan Umum 1 Maret, Menko Polhukam ; Manfaarnya Lebih Dari 75 Tahun

PUTRAINDONEWS.COM

Jakarta | Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD mengatakan bahwa Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah langkah strategis untuk mematahkan argumentasi internasional kala itu, dan efektif membuktikan ke dunia internasional bahwa Indonesia masih ada.

“Ini adalah bentuk kolaborasi masyarakat sipil dan militer, dirancang oleh Sultan Hamengkubuwono IX dan Panglima Jenderal Sudirman, dilaksanakan bersama oleh TNI dan rakyat Yogyakarta,” ujar Menko Mahfud.

Demikian disampaikan Menko saat memberikan Keynote Speech di acara Seminar Nasional ‘Serangan Umum di Jogja: Indonesia Masih Ada’ secara daring pada Selasa (16/11).

Acara tersebut diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah Daerah Istimewa Yogyakarta untuk mendukung pengusulan Serangan Umum 1 Maret 1949 menjadi Hari Nasional. Seminar tersebut menghadirkan enam keynote speaker, lima lainnya adalah; Menteri Dalam Negeri, Tito Karnavian, Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Nadiem Makarim, Menteri Sekretaris Negara, Pratikno, Menteri Pertahanan, Prabowo Subianto, dan Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubuwono X.

BACA JUGA :   Kondisikan Izin Ekspor, Kejagung Tetapkan LCW Sebagai Tersangka Dugaan TPK CPO 'Langsung Ditahan'

Mahfud menekankan bahwa perjuangan mempertahankan kemerdekaan sama pentingnya dengan meraih kemerdekaan. Hal ini yang tercermin jelas dalam Serangan Umum 1 Maret, dan mempertahankan kemerdekaan butuh peran serta dan kerjasama.

“Kala itu awal Maret 1949, Sultan mendengar akan diselenggarakan rapat Dewan Keamanan PBB soal Indonesia dan Belanda. Sultan berkirim surat ke Panglima Sudirman untuk melakukan Serangan Umum untuk mengusir Belanda. TNI dan lascar rakyat berhasil menguasai Yogyakarta selama 6 Jam,” ujar Mahfud bertutur mengutip sejarah.

Meski hanya 6 jam, namun menurut Mahfud, manfaatnya terasa lebih dari 75 tahun hingga saat ini. Serangan itu efektif mematahkan argumentasi Belanda ke dunia internasional bahwa Indonesia sudah tidak ada dan tidak berjalan efektif. Ini merupakan pembuktian ke Internasional bahwa Indonesia masih ada, bahwa Belanda melakukan agresi bukan sekedar aksi polisional semata.

BACA JUGA :   Berangsur Surut, 2.300 Warga Kab. Gorontalo Terdampak Banjir

“Sekarang mungkin ancaman militer sudah jauh berkurang, tapi bisa jadi suatu saat terjadi, seperti gejolak yang terjadi di Asia, kemudian juga ada ancaman dalam bentuk lain. Ini semua cuma bisa kita hadapi dengan sinergi dan kerjasama antar elemen bangsa,” kata Menko.

Ia menekankan pada kesempatan itu bahwa, eksistensi Indonesia perlu dijaga, dan perlu mematri kebanggaan bahwa Indonesia adalah bangsa yang memproklamirkan sendiri kemerdekaannya, bukan hadiah dari penjajah. Hal itu salah satunya tercermin dalam Serangan Umum 1 Maret yang diinisiasi Sultan Hamengkubuwono IX di Yogyakarta. Dengan Serangan Umum, Indonesia masih ada. Red/Ben

 

***

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI

error: Content is protected !!