PUTRAINDONEWS.COM
JAKARTA | Asosiasi Pemerintah Kabupaten Seluruh Indonesia (Apkasi) bekerjasama dengan Qlue, pelopor penyedia ekosistem smart city menyelenggarakan seminar virtual bertajuk “Menata Kembali Kabupaten yang Adaptif dan Smart Dalam Masa Adaptasi Kebiasaan Baruâ€, Selasa (15/9/2020). Kegiatan ini ditujukan untuk mengembangkan sinergi pembangunan kabupaten cerdas melalui pemanfaatan teknologi smart city.
Sekretaris Jenderal Apkasi, Najmul Akhyar menjelaskan kolaborasi Apkasi-Qlue ini diharapkan pemerintah daerah makin terbuka wawasannya dalam hal pemanfaatan teknologi untuk mengurai permasalahan di masing-masing daerah. “Melalui kegiatan ini Pemerintah Kabupaten di Indonesia dapat menata kembali daerahnya menjadi lebih adaptif dan smart khususnya pada masa adaptasi kebiasaan baru. Salah satu caranya adalah melalui implementasi ide-ide inovatif seperti teknologi smart regency yang dapat dimanfaatkan menjadi alat mempercepat adaptasi di Pemerintah Kabupaten,†kata Najmul dalam sambutan tertulisnya yang karena berhalangan hadir lantas kemudian dibacakan oleh Direktur Eksekutif Apkasi Sarman Simanjorang.
Untuk memberikan pemahaman bagaimana pemanfaatan teknologi ini, ditampilkan case Pemerintah Kabupaten Trenggalek yang berbagi pengalaman bagaimana mereka menghadapi pandemi yang sudah berlangsung selama setengah tahun lebih, dan bagaimana kemajuan teknologi membantu mereka dalam menata kembali kabupaten mereka di masa adaptasi kebiasaan baru (AKB).
Bupati Trenggalek H. Mochamad Nur Arifin menjelaskan pengimplementasian teknologi Qlue yang membantu pemerintah dalam menekan laju penyebaran Covid-19 di daerah tersebut. Sebagai kabupaten di provinsi yang memiliki jumlah pasien Covid-19 terbesar kedua di Indonesia, per 15 September, Kabupaten Trenggalek memiliki 221 pasien positif Covid-19, atau berkontribusi sebesar 0,58% dari total angka positif di Provinsi Jawa Timur. Hal ini menjadikan Kabupaten Trenggalek berada di peringkat ke-7 dari 38 kabupaten kota di Jawa Timur jika dilihat dari jumlah kasus positif Covid-19.
Mochamad Nur Arifin mengatakan “Sejak awal pandemi, Pemerintah Kabupaten Trenggalek melakukan pengalihan jalur, di mana seluruh perbatasan Kabupaten Trenggalek yang berbatasan dengan kabupaten kota lain ditutup, dan hanya ada tiga pintu atau checkpoint untuk masuk ke Kabupaten Trenggalek. Di checkpoint ini, kami membangun bilik APD, di mana petugas tetap bisa melakukan pemeriksaan terhadap pelaku perjalanan dari dalam bilik APD tanpa khawatir risiko terpercik droplet. Hal ini diharapkan mampu mengurangi pemborosan biaya APD untuk petugas di lapangan.â€
Selain itu, Kabupaten Trenggalek juga merupakan pemerintah kabupaten pertama yang mengimplementasikan QlueThermal, solusi terbaru dari Qlue untuk memonitor suhu tubuh, penggunaan masker, dan kerumunan orang secara otomatis. QlueThermal digunakan oleh Pemkab Trenggalek sebagai salah satu protokol checkpoint di beberapa tempat di kabupaten tersebut. Sebanyak tiga perangkat QlueThermal ditempatkan di checkpoint Durenan, satu perangkat di checkpoint Tugu, dan satu perangkat di checkpoint Panggul.
Mochamad Nur Arifin menambahkan, “Awalnya kami menggunakan thermo gun untuk melakukan pengecekan suhu tubuh. Tapi orang-orang yang berada di garda terdepan untuk melakukan pemeriksaan berpeluang terpapar Covid-19 dari pelaku perjalanan. Solusi teknologi karya anak bangsa, QlueThermal, membantu kami dalam melakukan screening orang yang masuk perbatasan Trenggalek. Sekarang proses screening dapat dilakukan dengan cepat, dan seluruh data yang masuk melalui QlueThermal juga bisa dilihat secara langsung melalui dashboard terintegrasi. Sejak digunakan di bulan Juli lalu, seluruh perangkat QlueThermal sudah mendapatkan lebih dari 20 ribu data dengan rata-rata suhu tubuh 36,5 °C, jumlah pelanggaran (tidak mengenakan masker) sebanyak lebih dari 2.500 orang, dan lebih dari 400 orang yang memiliki suhu tubuh di atas normal.â€
Dari jumlah orang yang masuk ke Kabupaten Trenggalek, tentu masih banyak OTG (orang tanpa gejala) yang lolos dari pemeriksaan awal. Karena adanya risiko transmisi keluarga dari OTG tersebut, Pemkab Trenggalek menggeser checkpoint ke cluster keluarga atau desa, sehingga QlueThermal ditempatkan di beberapa titik yang lebih strategis seperti pasar dan tempat pariwisata. “Karena QlueThermal sudah menggunakan teknologi AI, kami jadi lebih mudah untuk melakukan penghitungan orang. Dengan adanya QlueThermal, kami juga bisa memeriksa jumlah orang yang masuk dan penggunaan masker. Teknologi QlueThermal memudahkan kami dalam menegakkan protokol kesehatan,†tambah Mochamad Nur Arifin.
Sementara itu, Deputi Bidang Sistem dan Strategi BNPB Ir. B.Wisnu Widjaja, M.Sc memberikan informasi mengenai kebijakan dan strategi pemerintah pusat daerah dalam beradaptasi dengan kebiasaan baru. Pemerintah menggunakan pendekatan pentahelix berbasis komunitas yang terdiri dari pemerintah, komunitas/masyarakat, para akademisi, dunia usaha, dan kekuatan media sebagai poros.
Founder dan CEO Qlue Rama Raditya, mengatakan, “Hingga saat ini, lebih dari 150 perangkat QlueThermal sudah diimplementasikan di pemerintahan, gedung perkantoran yang terdiri dari kantor BUMN dan BUMD, rumah sakit, dan sejumlah kantor milik swasta. Sejak awal implementasi, QlueThermal sudah mendeteksi lebih dari 100.000 wajah, di mana 15 ribu di antaranya terdeteksi tidak mengenakan masker, dan lebih dari 6 ribu di antaranya memiliki suhu tubuh di atas ambang batas.â€
“QlueThermal adalah salah satu contoh bagaimana kemajuan teknologi bisa membantu kita dalam beradaptasi dengan kebiasaan baru di situasi yang kurang menyenangkan seperti sekarang. Dengan pemanfaatan teknologi Artificial Intelligence (kecerdasan buatan/AI) dan Internet of Things (IoT), data-data yang didapatkan dari QlueThermal akan divisualisasikan di sebuah dashboard terintegrasi, sehingga membantu pemerintah dalam mengakselerasi penataan daerahnya di masa pandemi,†tutup Rama. Red/Ben