Banjir di Kalimantan Selatan, 582 Rumah Warga Kabupaten Banjar Terendam

***

Putraindonews.com – Jakarta | Sebanyak 582 unit rumah warga terendam akibat banjir yang terjadi di Kabupaten Banjar, Provinsi Kalimantan Selatan. Kejadian ini terjadi setelah hujan dengan intensitas tinggi dan meluapnya Sungai Riam Kiwa dan Sungai Martapura pada Selasa (14/12) pukul 16.01 WITA.

BPBD Kabupaten Banjar menyebutkan banjir ini melanda lokasi di Gp. Peunalom I, Gp. Peunalom II, Gp. Layan, Gp. Pulo Mesjid yang terletak di Kecamatan Tangse. Di lokasi ini sedikitnya terdapat 120 KK terdampak.

Desa Tunggul Nangka di Kecamatan Pengaron, Desa Sungai Raya di Simpang Empat, Desa Melayu Ilir, Desa Dalam Pagar, Desa Akar Baru, Desa Akar Bergantung, Desa Pakauman Dalam di Kecamatan Martapura Timur.

BACA JUGA :   Hari Ketiga Lebaran Idul Fitri, Ratusan Rumah Terendam Banjir di Kota Bandar Lampung

Lebih lanjut Desa Pasar Jati, Desa Pingaran Ilir di Kecamatan Astambul, Desa Murung Keraton, Desa Murung Kenanga, Desa Jawa Laut di Kecamatan Martapura, Desa Telok Selong di Kecatan Martapura Barat dan Kecamatan Sungai Tabuk.

Berdasarkan data Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BNPB per Jumat (17/12) pukul 20.00 WITA, Kondisi banjir masih menggenangi di beberapa titik. Terpantau ketinggian air di jalan deda berkisar 3 – 5 sentimeter, sedangkan untuk di halaman rumah warga ketinggian air berkisar 5 – 30 sentimeter. Untuk warga yang terdampak sebagian ada yang mengungsi ke rumah keluarga terdekat.

Sesaat setelah kejadian BPBD Kabupaten Banjar bersama tim gabungan melakukan evakuasi terhadap warga terdampak. Kaji cepat juga dilakukan untuk dapat menentukan tingakan lanjutan yang perlu diambil. Hasil pengamatan visual, ketinggian permukaan sungai Martapura mengalami peningkatan menjadi ‘Siaga’.

BACA JUGA :   Jabatan Rendah - Integritas Tinggi, Muhammad Iqbal karyawan JXB Mendapat Apresiasi Banyak Pihak

Menyikapi hal ini, BNPB menghimbau masyarakat dan pemerintah daerah setempat untuk tetap waspada dan siaga. Peningkatan curah hujan ini berpotensi memicu terjadinya risiko bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor dan angin kencang.

Masyarakat dapat memperkuat diseminasi informasi melalui jaringan komunikasi digital maupun menggunakan telekomunikasi frekuensi radio sebagai sarana informasi awal peringatan dini. Sehingga dapat menjadi pertimbangan langkah yang dapat diambil dalam hal kesiapsiagaan. Red/Ben

***

BERITA TERKAIT

BERITA TERKINI

error: Content is protected !!